TELAH DITUTUP KLINIK ABORSI MURAH MERIAH DI JAKARTA PUSAT


Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

banimustajababorsi

Pada 26 Februari 2009, sebuah klinik aborsi yang beralamat di Jalan Percetakan Negara II. Blok B. No. 20, Johar Baru, Jakarta Pusat telah dinyatakan ditutup.

Menurut beberapa sumber berita, klinik aborsi tersebut disinyalir sudah berjalan selama 10 tahun. Penghasilan klinik aborsi itu perminggunya mencapai 50 juta rupiah atau 200 juta perbulan.

Hal itu berarti, apabila dihitung penghasilan pertahunnya mencapai 2.4 milyar rupiah.

Apabila dihitung selama 10 tahun mencapai 24 milyar rupiah.

Tentu angka persisnya tidak ada yang mengetahui, kecuali pengelola klinik aborsi tersebut.

Berapa biaya untuk satu kali aborsi?

Kabarnya antara 1- 5 juta rupiah. Tergantung usia kandungan.

Penghasilan klinik perminggu mencapai 50 juta rupiah. Maka, andaikan biaya untuk satu kali aborsi sekitar 5 juta rupiah (sungguh ini harga yang sangat murah sekali).

Hal itu berarti dalam satu minggu ada 10 kali praktek aborsi. (10x 5 =50).

Dalam sebulan ada 40 kali aborsi. (10 x 4=40)

Dalam setahun ada 480 aborsi. ( 40 x 12= 480)

Dalam 10 tahun ada 4800 aborsi.(480 x 10= 4800)

Singkatnya, dalam rentang waktu sepuluh tahun tersebut ada 4800 janin yang tidak dikehendaki dan harus disingkirkan dari rahim ibunya.

Tetapi ada dugaan klinik itu mengaborsi 1000 janin pertahunnya. Atau 10000 janin selama 10 tahun.

Dari 10.000 janin tersebut, bisa saja dari ibu yang berbeda. Tapi bisa juga dari ibu yang sama.

Katakanlah dari ibu yang berbeda, maka ada 10000 perempuan yang dengan sengaja menghilangkan janin dalam kandungannya.

Dengan kata lain, selama rentang waktu sepuluh tahun ada sekitar 10000 perempuan yang mendatangi Klinik Aborsi di Jalan Percetakan Negara II. Blok B. No.20 Jakarta Pusat.

Lalu adakah klinik aborsi di Jakarta yang masih belum terungkap praktek kejinya? Sebagai pengingat, bulan Januari lalu, klinik serupa terungkap pula di Tanjung Priuk.

Mungkin ada baiknya kita merenung sejenak. Mengapa ada banyak perempuan (di Jakarta) yang tidak menghendaki benih yang ada di dalam rahimnya?

Apakah benih yang ditanam itu sebagai akibat hubungan perkelaminan yang tidak sah menurut agama?

Ataukah ada sebab-sebab medis yang memang diharuskan membuang benih itu?

Tentu ada banyak jawaban untuk membahas semua kemungkinan itu.

Namun yang agaknya mendekati kebenaran adalah bahwa hubungan seks yang tidak merujuk kepada pernikahan memiliki kecenderungan lebih besar terjadinya kehamilan.

Mengapa demikian?

Hubungan seks yang tidak merujuk kepada pernikahan cenderung tidak mengindahkan faktor safety. Pemakaian kondom sangat jarang digunakan pasangan tidak menikah.

Walaupun Julia Perez mengkampanyekan pemakaian kondom melalui album dangdutnya,nampaknya tidak menunjukkan minat tinggi dikalangan penggemar seks tanpa nikah. Suara Julia tidak cukup mendongkrak penjualan kondom. Yang ada malah diprotes Ibu Menteri. Entah kalau yang mengiklankan Dewi Perssik dan suaminya.

Namun yang pasti, pasangan menikah yang tidak atau belum menginginkan anak, cenderung ketat dalam hal penggunaan kontrasepsi, seperti kondom, pil KB, vasektomi atau tubektomi.

Tetapi sudahlah, biarlah itu menjadi urusan dunia medis.

Kembali ke Klinik Aborsi di Jalan Percetakan Negara II Blok B.No.20  itu. Penulis mengamati bahwa klinik itu berada di lingkungan perkantoran. Sebuah kamuflase yang tampaknya berhasil. Bahkan sekitar 3 rumah dari klinik tersebut terdapat pula kantor dengan papan nama berbunyi:
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia.

Sungguh aneh memang, ada kantor yang berkait erat dengan kesehatan tetapi tidak mengetahui praktek klinik aborsi ini. Atau setidaknya membiarkan klinik aborsi ini berjalan begitu lama.

Sementara itu, beberapa warga yang sempat penulis tanyakan menunjukkan kecenderungan bahwa klinik itu memang sudah berjalan lama dan seolah terbiasa melihat pemandangan gadis-gadis muda dan pria yang mendampinginya berkunjung ke klinik tersebut.

HUKUMAN?

Hukuman bagi pelaku yang membunuh janin sebagaimana dipraktekkan di klinik aborsi ini tidak dengan sendirinya dihukum berat, misalnya, hukuman mati.

Kalau boleh dibandingkan, pelaku yang tertangkap membuat atau mengedarkan narkoba mendapat hukuman tinggi, seperti dihukum mati.

Narkoba jelas membunuh generasi muda. Itulah sebabnya diancam hukuman maksimal. Sedangkan janin adalah bibit generasi muda. Sepantasnya, siapapun yang membunuhnya layak pula dihukum seberat-beratnya.

Tetapi saya agak malas bicara hukum.

Saya hanya ingin menjelaskan sedikit seputar judul tulisan ini.

“Telah Ditutup Klinik Aborsi Murah Meriah di Jakarta Pusat.”

Judul itu tentu provokatif. Tetapi kenyataannya klinik itu memang murah dibandingkan dengan tindak pembunuhan terhadap bakal calon manusia yang akan menghiasi bumi ini.

Adapun kata-kata “Telah Ditutup” menunjukkan bahwa mungkin saja ada klinik sejenis yang “Masih Dibuka” di lingkungan kita.

Dan mungkin saja, klinik yang masih buka (tentu saja dengan sembunyi-sembunyi) itu masih diburu perempuan yang tidak menginginkan janin di rahimnya.

Adakah kaum lelaki menyadari betapa sakitnya perasaan perempuan yang kehilangan janinnya?

Atau bagaimanakah sesungguhnya perasaan seorang perempuan yang tega membinasakan janin yang ada dalam di rahimnya sendiri?


BaNi MusTajaB

Keterangan Foto: Tampak aparat kepolisian sedang mencari barang bukti di TKP

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

8 tanggapan untuk “TELAH DITUTUP KLINIK ABORSI MURAH MERIAH DI JAKARTA PUSAT”

Tinggalkan komentar