MENGUKUR KEKUATAN BOEDIONO DAN SRI MULYANI

Boediono

Boediono tampak tenang menghadapi cecaran pertanyaan anggota pansus century. Jawabannya menggambarkan sosoknya yang low profile. Bahkan matanya terkesan mengantuk. Sikapnya tentu tidak menarik bagi sebagian anggota pansus.

Pertanyaan tajam dan menusuk hanya ditanggapi Boediono dengan jawaban mengambang, bias dan tidak jelas. Sehingga pertanyaan tajam itu berubah  menjadi tumpul dan tidak berbobot.

Boediono seolah hendak menunjukkan kepada pansus bahwa dirinya tahu benar apa yang telah dilakukannya terkait dengan bail out century.

Boediono juga hendak menunjukkan kepada pansus dan publik bahwa dirinya kini adalah sosok wakil presiden. RI 2 yang mengemban amanat dari sebagian besar rakyat negeri ini dan tidak ingin diganggu dengan urusan 6,7 trilyun rupiah.

Itu kesan saya saat melihat tayangan televisi.

Sri Mulyani

Sri Mulyani tampak agak gugup menghadapi cecaran pertanyaan anggota pansus century. Jawabannya terkesan menjengkelkan bagi yang mendengarkan.

Pertanyaan tajam dan menusuk malah ditanggapi Sri Mulyani dengan nada ketus dan sorot mata yang tidak diarahkan kepada sang penanya. Sehingga pertanyaan tajam itu menjadi semakin tajam dan menusuk.

Sri Mulyani mencoba memberi bobot jawabannya dengan tasbih di tangannya. Tekanan jawabannya diberi tambahan energi melalui zikir qolbi.

Pada mulanya tasbih itu ditutupinya dengan selembar sapu tangan hitam. Tetapi mungkin sapu tangan itu terjatuh hingga tasbih yang diurai di tangan menjadi fokus perhatian kamera televisi.

Tasbih itu menjadi petunjuk bahwa sosok bernama Sri Mulyani adalah manusia biasa yang lemah dan tidak berdaya. Tetapi melalui tasbih itu Sri Mulyani mencoba bersandar kepada Yang Maha Kuat.

Itu kesan saya saat melihat tayangan televisi.

StrongHand

Boediono dan Sri Mulyani merupakan dua figur yang saat ini paling dinistakan. Setidaknya melalui poster-poster yang diusung demonstran. Wajah keduanya diberi taring, warna merah darah dan aneka corat-corat yang menyakitkan bagi para pendukungnya. Keduanya dianggap pula sebagai antek neoliberal.

Entah apa makna neo liberal. Saya pun tidak faham. Tetapi terkadang muncul juga pertanyaan dalam benak saya, mungkinkah dalam era saat ini kita menolak arus utama ekonomi liberal? Sedemikian bejatkah ekonomi liberal hingga harus dijauhkan dari negeri ini? Ekonomi liberal mungkin bukan yang terbaik. Tetapi adakah yang lebih baik?

Ideologi neoliberal dianut banyak orang di negeri ini. Termasuk mereka yang saat ini berseberangan dengan kedua tokoh yang sedang dinistakan itu.

Saya tidak pandai berandai-andai, tetapi kalau toh saya berandai-andai adalah,  apakah yang terjadi jika salah satu atau keduanya dicopot dari jabatannya?

Jika memang benar keduanya adalah antek neolib. Tentulah ada StrongHand yang melindungi keduanya. StrongHand ini tidak akan tinggal diam manakala anteknya disisihkan dari percaturan politik dan ekonomi negeri ini.

Lalu apa yang akan dilakukan StrongHand?

saya ingin menulis tentang petinju legendaris Muhammad Ali
“”STRONGHAND.. Sang petinju legendaris Muhammad Ali””

Terkadang muncul pikiran dalam benak saya bahwa StrongHand akan melakukan pembalasan untuk memukul balik siapapun yang bertanggung jawab terhadap dicopotnya Boediono dan Sri Mulyani.

Pembalasan itu dapat saja dilakukan dalam berbagai macam cara. Mungkin saja dalam bentuk membuka file-file yang berisi orang-orang yang gemar memanipulasi pajak, korupsi atau yang sejenisnya.

Orang-orang itu dapat saja berasal dari kelompok, politisi  atau partai politik yang dengan sengaja terlibat dalam pencopotan Boediono dan Sri Mulyani. Dan bukankah orang-orang semacam itu ada banyak di negeri ini? Mereka yang saat ini masih berleha-leha dan merasa aman dari jeratan hukum.

Tetapi StrongHand dapat saja bertindak lebih jauh dengan mengacaukan negeri ini. Setidaknya mengacaukan perekonomian yang enggan dengan arus neoliberal.

Saya memang tidak dapat menduga siapakah StrongHand itu. Sebab dapat saja StrongHand itu berasal dari negeri ini, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan dari negeri lain. Tetapi pasti ada.

Bank Indonesia pernah disinyalir sebagai sarang penyamun. Tetapi penyamun tidak selalu berada di BI. Penyamun uang rakyat ada di sekitar kita. Boleh jadi, ayah kita, paman kita, kakek kita, ibu kita, bibi kita,….. atau mungkin diri kita sendiri merupakan  bagian dari para penyamun yang gemar mencuri uang rakyat.

Dan kedua tokoh yang dinistakan itu tentu tahu para penyamun di negeri ini.

Oleh karena itulah saya beranggapan bahwa seandainya Boediono dan Sri Mulyani dilepas dari jabatannya, maka yang terjadi mungkin jauh lebih buruk terhadap kondisi negeri ini.

Dan seandainya Boediono tidak dimakzulkan, kelak dia akan menunjukkan karakternya yang tegas, kuat, berwibawa dan disegani. Dia berpeluang menjadi RI 1 di 2014.

Dan seandainya Sri Mulyani tidak dimakzulkan, kelak dia akan menunjukkan prestasinya yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Demikianlah saya mengukur kekuatan Boediono dan Sri Mulyani.

Keduanya merupakan sosok The Untouchables.

.

BaNi MusTajaB