BEREDAR FILM ‘MENGHUJAT’ HILLARY CLINTON: Hillary’s America: The Secret History of the Democratic Party

Ketika menjadi Ibu Negara, Hillary tegas menolak perkawinan sejenis. Namun sikapnya berubah saat menjadi menteri dalam kabinet Obama. Hillary mendukung perkawinan sejenis.

Hillarys-America

Perjalanan menuju Gedung Putih tampaknya semakin menarik dengan hadirnya sebuah film dokumenter yang menggambarkan sosok calon presiden Hillary Clinton dan kajian mendalam seputar sejarah Partai Demokrat.

Film berbiaya 5 juta dollar ini sudah menghasilkan 8,7 juta dollar dalam seminggu pertama peredarannya. Tampaknya warga Amerika menyambut hangat film dokumentar berdurasi 107 menit ini. Bahkan sehari setelah peredarannya, Donald Trump, kandidat presiden dari Partai Republik, menyerukan pendukungnya untuk menonton film ini.

Film ini awalnya dirilis terbatas pada 15 Juli 2016, lalu diedarkan secara luas pada 22 Juli 2016. Film ini ditulis dan disutradarai Dinesh D’Souza dan asisten sutradara Bruce Schooley. Saat peluncurannya juga diiringi dengan penerbitan buku berjudul sama. Sang produser, Gerald R. Molen, dikenal juga sebagai produser film Jurassic Park dan Schindler’s list.

Dinesh D’Souza dikenal sebagai penulis konservatif yang pernah menyutradai sejumlah film, Diantaranya film  2016: Obama’s America yang dibuat tahun 2012. Film ini termasuk diantara 4 film dokumenter tersukses sepanjang sejarah pembuatan  film dokumenter di Amerika. Lalu pada 2014, D’Souza membuat film America: Imagine the World Without Her  yang juga termasuk film dokumenter terlaris pada tahun itu.

Film Hillary’s America: The Secret History of the Democratic Party menampilkan sejarah panjang Partai Demokrat sejak era Presiden Andrew Jackson (1829-1837) hingga Presiden Barack Obama. Tentu saja sang sutradara lebih menampilkan sisi kelam partai itu.

Film ini menampilkan adegan apik dramatisasi saat terjadinya perbudakan di masa perang saudara di Amerika. Diantara adegannya terdapat petikan dialog, “Demokrat mendukung perbudakan.” Film ini ditutup dengan adegan bernuansa semangat patriotik.

Sejumlah aktor memerankan tokoh presiden Amerika, diantaranya: Presiden Andrew Jackson, Abraham Lincoln, Woodrow Wilson, William Mc Kinley, Lyndon B Johnson, Bill Clinton dan Barack Obama. Bahkan digambarkan pula Bill Clinton, Obama dan Hillary Clinton saat masih muda. Hillary muda diperankan Mikaela Krantz dan saat sekarang diperankan Rebekah Turner.

Dalam film ini sang sutradara juga tampil memerankan dirinya sendiri. Termasuk pertemuannya dengan sejumlah tokoh dari berbagai kalangan seperti, professor, politisi, sejarawan, konsultan politik, penulis, dan lain-lain. Bahkan reka ulang kisah dirinya saat berada di ruang sidang pengadilan ikut ditampilkan lengkap dengan hakim yang menyidangkannya.

Terlepas dari pro dan kontra atas beredarnya film itu, D’Souza tampaknya ingin mengajak warga Amerika untuk bersikap kritis terhadap calon presiden yang akan dipilih dalam pemilu bulan November nanti.

Sosok Hillary Clinton menjadi target utama ‘hujatan’ dalam film. Terutama sikap dan perilaku Hillary selama ini. Tentu saja publik Amerika sudah banyak yang mengetahui kebohongan-kebohongan Hillary, baik saat masih menjadi Ibu Negara (ketika suaminya Bill Clinton mendiami Gedung Putih), maupun saat menjadi menteri luar negeri dibawah Presiden Barack Obama.

Publik Amerika tentu ingat ketika masih menjadi Ibu Negara, Hillary secara tegas menolak perkawinan sejenis. Namun sikapnya berubah saat menjadi menteri dibawah Presiden Obama. Hillary termasuk diantara yang mendukung perkawinan sejenis.

Tetapi yang tergolong kontroversial adalah terungkapnya ribuan email rahasia di akun pribadinya. Pada pengakuan pertamanya di depan publik, Hillary mengatakan bahwa dirinya hanya menerima dan mengirim email dengan suaminya untuk urusan pribadinya. Pernyataannya ini menjadi bahan tertawaan karena dalam suatu acara bincang-bincang di televisi, Bill Clinton mengaku hanya dua kali saja mengirim email kepada isterinya itu.

Ketika kongres Amerika mencecar Hillary seputar ribuan email (send and receiveemail) terkait kasus Libya, wanita yang memiliki satu anak dan satu cucu itu menjawab dengan santai bahwa semua email itu berkaitan dengan urusan pekerjaannya.

Film ini menjadi menarik karena menampilkan secara terbuka dan blak-blakan seputar sosok seorang calon pemimpin di Amerika. Termasuk hitam putih partai yang mengusung kandidatnya. Tentu saja ini menjadi pelajaran berharga bagi sineas di negeri ini untuk berbuat serupa.

Mengungkap sosok seorang calon pemimpin memang perlu dipaparkan secara luas dan terbuka kepada publik. Tentu saja bukan hanya berkaitan dengan hal-hal bagus saja yang diungkap, melainkan juga sisi kelam yang mungkin menyertai sosok seorang calon pemimpin.

Mengungkap hal-hal yang bagus dan hebat dari seorang calon pemimpin cenderung merupakan pencitraan yang terkadang memanipulasi kesadaran publik hingga akhirnya melupakan sisi buruk dan atau  sisi bengis yang mungkin dimiliki oleh seorang calon pemimpin.

Persoalannya adalah, kapankah sineas negeri ini akan membuat film dokumenter seperti film Hillary’s America: The Secret History of the Democratic Party ?

Tentu saja ada banyak sineas yang siap mengerjakannya sepanjang ada investor yang mau menggelontorkan dananya.

Em Agus Siswanto

Tulisan lain

PREDIKSI: DONALD TRUMP PRESIDEN AMERIKA KE 45

 Mikaela Krantz pemeran Hillary muda.Mikaela Krantz-Getty Images