KISAH SOLUSI BODOH: PESUGIHAN UANG BALIK

Sepintas kita menganggap bertauhid itu cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat. Pengakuan terhadap keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kerasulan Muhammad SAW. Lalu disusul dengan cara melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangan agama.

Tetapi persoalannya adalah, saat diri kita mengalami suatu problematika tertentu, maka seringkali kita mencari solusinya dengan cara yang jauh dari unsur ketauhidan atau malah menyimpang jauh.

Salah satu contoh yang dapat saya berikan adalah ketika seseorang menderita kesulitan lantaran dibebani hutang menumpuk, lalu mencari solusi yang sangat tidak masuk akal. Bahkan cenderung menjurus kemusyrikan. Diantaranya melalui uang gaib, uang bibit dan lain-lain.

Solusi bodoh semacam ini pasti merugikan diri sendiri. Apalagi terdapat banyak unsur penipuan di dalamnya. Seseorang yang terjebak dalam solusi bodoh semacam ini jelas tidak menggunakan kaidah pencarian 4 sumber ilmu pengetahuan seperti yang diuraikan di awal tulisan.

Empat sumber pengetahuan (akal, empirik, intuisi dan ilham) hendaknya diterapkan sebelum memutuskan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Misalkan dalam konteks uang gaib: Apakah uang gaib itu masuk akal (faktor rasio)?, Apakah ada bukti orang yang berhasil dengan uang gaib (faktor empirik?), Apakah intuisi Anda membenarkan adanya uang gaib?dan yang paling penting, apakah ada ilham yang Anda terima seputar uang gaib?

KISAH SINGKAT

Beberapa kali saya mendengar cerita seputar uang gaib. Mereka mengaku pernah terjerumus dalam upaya mencari solusi penyelesaian hutang melalui uang gaib.

Cerita pertama dari seorang perempuan yang tertarik mengikuti ritual uang gaib. Dia mengaku membayar biaya ritual sekira Rp 18 juta. Tentu saja dengan iming-iming jika berhasil akan mendapatkan ratusan juta hingga milyaran rupiah.

Selanjutnya, perempuan itu diantar oleh beberapa orang dari kelompok yang mengaku dapat mendatangkan uang gaib. Mereka menuju sebuah rumah tua di suatu tempat terpencil.

Pimpinan kelompok (sebut saja orang pintar) menyuruh perempuan itu untuk melakukan ritual di dalam rumah tua seorang diri. Sementara orang pintar dan orang-orang yang mengantarnya menunggu di luar.

Tentu saja perempuan itu ketakutan dan menolak ritual bodoh semacam itu. Akibatnya ritual dinyatakan gagal dan perempuan itu tidak dapat menerima kembali uang yang telah disetorkannya. Dalam hal ini, Anda dapat mengatakan perempuan itu telah ditipu. Perempuan yang kini bekerja sebagai BMI di Hongkong ini mengaku tobat dengan perbuatannya.

Ada kisah lain yang juga saya dapatkan dari seseorang yang mengaku dibelit persoalan ekonomi lalu mencari solusi bodoh dengan melakukan ritual uang balik (istilah lainnya: uang bibit). Dia sempat mengalami sebuah peristiwa yang dianggapnya bernuansa mistik.

Dikisahkan, Umar (sebut saja begitu), mendatangi seseorang yang dianggapnya menguasai ilmu uang balik. Umar membayar mahar sekian juta rupiah. Lalu dia menerima selembar uang Rp 50 ribu yang telah diberi mantera khusus dan sebuah amplop kosong.

Umar menceritakan kepada saya bahwa dia diharuskan membeli sesuatu menggunakan uang yang telah diberi mantera itu. Apabila dia selesai berbelanja, dia diharuskan membalikkan tubuhnya dan melangkah sekira 50 langkah. Pada langkah yang ke 50, Umar diharuskan membuka amplop kosong tersebut.

Umar mengikuti perintah itu dan hasilnya sangat menakjubkan. Pada percobaan pertama, Umar membelanjakan uangnya untuk membeli sebungkus rokok seharga Rp 10 ribu. Dia menerima uang pengembalian sebesar Rp 40 ribu.

Kemudian Umar membalikkan tubuhnya dan berjalan sambil menghitung langkahnya. Pada hitungan langkah ke 50, dia berhenti dan membuka amplop berisi kertas kosong.

Ketika itu Umar terkejut melihat amplop yang semula kosong itu ternyata berisi uang Rp 50 ribu. Pada percobaan yang pertama itu, Umar mendapat keuntungan Rp 40 ribu dan sebungkus rokok.

Lalu Umar melakukan lagi percobaan berikutnya. Semuanya berhasil hingga percobaan yang ketiga. Pada percobaan yang keempat, Umar mengalami peristiwa diluar dugaan.

Ketika itu Umar belanja seperti biasanya. Lalu dia berbalik dan berjalan sambil menghitung langkahnya. Entah mengapa, tiba-tiba saja dia lupa jumlah hitungannya.

Umar mengaku lupa apakah langkahnya sudah mencapai hitungan 49 atau 50. Dalam suasana kebingungan itu, dia lalu meyakinkan dirinya bahwa hitungan langkahnya telah genap 50. Selanjutnya dia membuka amplop kosong yang dibawanya.

Saat itu Umar tidak melihat uang Rp 50 ribu dalam amplop tersebut. Umar menganggap bahwa dia melakukan kesalahan dalam jumlah langkah hitungan.

Apabila ditotal secara keseluruhan, uang yang diterima masih jauh lebih kecil dari uang mahar yang dibayarkannya kepada si pemilik ilmu uang balik.

Kisah di atas menunjukkan bahwa kegaiban atau unsur mistik memang benar terjadi. Namun tetap saja mengalami kerugian dan bukan keuntungan yang diperoleh.

Meskipun harus diakui bahwa nuansa mistik memang benar terjadi (seperti dalam contoh kisah Umar), namun semua itu tetap merupakan langkah yang jauh dari Pikiran Tauhid.

Dua kisah di atas hendaknya menjadi catatan tersendiri bagi Anda sebelum terjerumus dalam upaya menyelesaikan suatu masalah yang membelit diri Anda.

Dengan kata lain, kisah di atas juga merupakan tambahan informasi pengetahuan seputar rawannya penyelesaian masalah melalui solusi bernuansa mistik.

BERAGAM SOLUSI BODOH

Sesungguhnya ada banyak solusi bodoh yang dapat diuraikan di sini. Tetapi semua itu menjadi tidak bermakna jika pikiran Anda tidak mau diubah ke arah Pikiran Tauhid. Solusi bodoh akan tetap menjadi pilihan Anda sepanjang Anda mengedepankan pikiran mistik negatif.

Diantara solusi bodoh adalah meyakini piranti mistik (JIMAT) mampu menyelesaikan problematika Anda. Oleh karena itulah, sebaiknya Anda menguji piranti mistik semacam kapsul, tasbeh, sabuk, rajah, asmak dan lain-lain dengan menggunakan 4 macam sumber pengetahuan, yaitu: rasio empirik, intuisi, dan ilham.

FB: EM Agus Siswanto (maniakgaib@gmail.com)

PSX_20150502_175916