MITOS SUPRANATURAL: PEDANG SAMURAI JEPANG

Meski begitu, selalu saja ada orang yang tertipu dengan bisnis samurai yang tidak jelas ini. Hal yang juga terjadi pada bisnis uang Brazil, uang Perahu Layar, uang Satu Rupiah, uang gaib, uang balik, harta karun Nusantara, harta karun Bung Karno, Batara Karang, Jenglot, Pring Petuk, kadal raksasa dan sejenisnya. Semuanya tergolong bisnis tipu-tipu yang anehnya selalu saja ada orang yang terpikat dengan bisnis semacam ini.


blogger-image--644943208

MITOS SUPRANATURAL: PESUGIHAN UANG

Sejauh ini belum dapat dipastikan seperti apa sesungguhnya bentuk pedang samurai Jepang yang ramai diburu sejumlah orang di negeri ini. Tetapi kenyataannya perburuan itu tidak juga surut hingga kini.

Oleh: Em Agus Siswanto

Tentu saja kita mengenal bentuk samurai Jepang melalui film-film yang beredar di bioskop. Termasuk film lawas yang populer: Seven Samurai. Bahkan film Last Samurai yang diperankan Tom Cruise tergolong film yang meraih Box Office di berbagai belahan dunia. Film Last Samurai tidak secara khusus menonjolkan bentuk samurainya, melainkan alur ceritanya yang memang menarik.

Uniknya, selama beberapa tahun ini, sejumlah orang di negeri ini sedang tergiur memburu samurai yang asli. Termasuk diantaranya adalah King Roll, yaitu sejenis senjata rahasia pasukan Jepang yang canggih dan kabarnya dibuat dari bahan sejenis titanium. Bahan yang juga digunakan untuk pembuatan satelit luar angkasa.

Penulis pertama kali mendapat cerita yang tergolong unik seputar Samurai dan King Roll saat berada di Palembang. Tepatnya di areal makam Bukit Siguntang di tahun 2012. Meski sebelumnya penulis juga pernah bertemu orang-orang yang mengaku terlibat dalam perburuan samurai dan aksesoris lainnya, tetapi umumnya orang-orang yang bercerita itu tidak pernah melihat langsung benda yang diburunya itu.

Pagi hari itu di bulan Mei 2012, penulis beranjak pergi dari penginapan di daerah kawasan minyak Plaju menuju ke areal makam Bukit Siguntang, Palembang, Sumatera Selatan. Tujuannya seperti biasa yaitu meliput kisah-kisah mistis yang terdapat di lokasi tersebut.

Usai mengambil gambar dan berbincang dengan juru kunci makam, penulis beristirahat sejenak di warung kopi di areal makam.

Pada saat itu, tampak pria berperawakan tegap dan berwajah tampan menghampiri warung kopi tempat dimana penulis sedang berbincang dengan sang penjual kopi. Pria berwajah tampan itu pun terlibat pula obrolan dengan kami.

Diantara kisah yang dituturkannya tentang seorang kakek yang tinggal di pedalaman Kalimantan. Kakek itu memunyai kekurangan pada kedua belah kakinya sejak kecil. Hingga dia harus menggunakan tongkat untuk berjalan.

Pria berwajah tampan yang penulis temui di Bukit Siguntang itu menuturkan bahwa ketika itu sang kakek sempat menunjukkan sebuah benda kecil berbentuk prisma berbahan mengkilat abu-abu kehitaman. Benda itu tampak biasa saja. Tetapi ketika bagian atasnya ditekan, tiba-tiba saja keluarlah pisau tajam dari sudut-sudut sisinya. Tentu saja hal itu menarik perhatiannya.

Lalu sang kakek mengisahkan benda itu merupakan pemberian seorang perwira tentara Jepang saat negara itu masih menjajah negeri ini pada periode 1942-1945.

Pada masa itu, sebagian diantara bala tentara Jepang memang ada yang berada di Kalimantan yang menetap di wilayah yang sama dengan rumah sang kakek. Mungkin pada saat itu terjalin persahabatan antara sang kakek dengan salah seorang perwira Jepang tersebut.

Pada detik-detik kekalahan Jepang melawan Sekutu, perwira Jepang itu menemui sang kakek dan memberikan benda berbentuk prisma tersebut sebagai kenang-kenangan tanda persahabatan. Benda itu disimpan sang kakek dengan baik.

Penulis sendiri tidak sempat menanyakan apa nama benda berbentuk prisma dengan ketebalan sekira 5 sentimeter dan diameter 5 sentimeter tersebut. Bahkan saat itu penulis tidak terlalu tertarik dengan cerita benda berbentuk prisma yang dapat mengeluarkan 4 pisau tajam dari keempat sisinya.

Kenyataan benda tersebut merupakan bagian dari benda-benda lain peninggalan tentara Jepang, termasuk samurai yang  diburu sejumlah orang di negeri ini. Perburuan yang dapat menguras harta benda dan uang dalam jumlah yang sangat banyak. Beberapa diantara pelaku perburuan rela menghabiskan simpanan uangnya untuk mendapatkan benda tersebut karena mengharapkan keuntungan berlipat ganda. Samurai Jepang dan King Roll tersebut kabarnya dihargai hingga trilyunan rupiah.

Perburuan Fiktif

Perburuan samurai Jepang di berbagai daerah tentu saja sangat menghentak nurani kita. Betapa tidak, sangat banyak orang yang tertipu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Perburuan samurai Jepang memang bukan yang pertama kali terjadi di negeri ini. Meski hampir tidak pernah ada yang melihat benda tersebut, tetapi daya pikat nilai jualnya sangat dahsyat. Peristiwa perburuan itu sekaligus menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi mendorong orang berbuat keji.

Sekaitan dengan masalah ini, penulis bertemu Abi, spiritualis asal Semarang yang mencoba mengulas seputar benda peninggalan Jepang tersebut.

“Peristiwa ini terkait dengan masalah ekonomi,” kata Abi memulai pembicaraan.

“Tekanan ekonomi yang serba sulit mendorong manusia melakukan beragam cara untuk memerbaiki keadaan ekonominya,” lanjutnya.

“Apa kaitannya dengan persoalan ekonomi?” tanya penulis.

“Benda-benda peninggalan Jepang itu memiliki harga yang sangat besar. Itulah sebabnya, sejumlah orang rela menjual harta bendanya agar dapat mendapat keuntungan berlipat,” jawab Abi tersenyum.

Menurutnya, samurai Jepang memiliki keunikan tersendiri dilihat dari bentuk dan bahan pembuatnya. Ketajaman mata pisaunya sangat luar biasa dan mampu memotong baja tebal. Ada yang mengatakan bahwa bahan baku samurai itu terdiri dari campuran baja dan bahan titanium. Sehingga kualitasnya tidak tertandingi.

“Saya pernah melihat samurai Jepang dan King Roll. Saya mengamatinya dengan teliti. Samurai itu dapat ditekuk dan dilingkarkan di badan seperti melingkarkan sabuk,” kata Abi yang penulis temui pada 19 Agustus 2015 lalu di Semarang.

“Sedangkan King Roll dapat mengeluarkan pisau tajam berukuran sejengkal. Saya tidak tahu pasti fungsi benda itu. Tetapi kabarnya itu untuk melakukan harakiri,”katanya lagi.

Harakiri adalah upaya bunuh diri yang dilakukan perwira Jepang saat pasukannya mengalami kekalahan di medan perang. Perwira Jepang tidak ingin menanggung malu dengan kekalahannya itu dan memilih bunuh diri sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada negara dan Kaisar Jepang.

Benda-benda bersejarah peninggalan Jepang itu memang menjadi buruan banyak orang. Itu karena tersebarnya rumor bahwa Pemerintah Jepang berani membayar mahal benda-benda yang dulu dimiliki bala tentaranya. Selain karena nilai sejarahnya yang tinggi, juga karena proses pembuatannya yang rumit dan canggih. Padahal benda-benda itu dibuat antara abad ke 17 hingga 19 Masehi atau jauh lebih tua dari itu.

“Saya tidak tahu pasti mengapa orang tertarik benda itu. Tetapi anehnya, ada banyak orang yang tergiur dengan benda itu dan rela mengeluarkan uang hingga menghabiskan harta bendanya,” ujar Abi seraya tersenyum.

Bisnis Tipu-Tipu

Secara pribadi, penulis sering mendengar kasak kusuk seputar perburuan benda peninggalan tentara Jepang itu. Bahkan penulis juga pernah bertemu orang yang selama bertahun-tahun memburu samurai dengan menghabiskan harta ratusan juta rupiah. Padahal samurai itu sendiri tidak pernah benar-benar dilihatnya. Hanya cerita dari mulut ke mulut. Sesuatu yang absurd untuk ditelusuri.

Meski begitu, selalu saja ada orang yang tertipu dengan bisnis samurai yang tidak jelas ini. Hal yang juga terjadi pada bisnis uang Brazil, uang Perahu Layar, uang Satu Rupiah, uang gaib, uang balik, harta karun Nusantara, harta karun Bung Karno, Batara Karang, Jenglot, Pring Petuk, kadal raksasa dan sejenisnya. Semuanya tergolong bisnis tipu-tipu yang anehnya selalu saja ada orang yang terpikat dengan bisnis semacam ini.

Harus diakui, kita memang terkadang terpikat dengan bisnis yang mendatangkan keuntungan besar. Tetapi adakalanya, kita tidak menggunakan logika berpikir hingga akhirnya terjebak dalam putaran arus bisnis tipu-tipu yang tidak jelas semacam bisnis samurai itu.

Hal itu juga menunjukkan kondisi ekonomi negeri yang tidak kunjung membaik dalam beberapa tahun terakhir yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan ekstrim. Semata-mata demi memerbaiki kondisi ekonomi.

Abi mengungkapkan, para pelaku bisnis samurai Jepang dan variannya itu meyakini bahwa benda itu juga memiliki kekuatan supranatural yang dahsyat. Terutama terkait pula dengan keyakinan bahwa benda itu memiliki pamor sebagaimana keris buatan dalam negeri.

“Keyakinan inilah yang mendorong mereka memburu samurai Jepang. Selain iming-iming harga jualnya selangit, juga adanya kekuatan mistis di dalam benda itu yang dapat meningkatkan derajat dan wibawa.Padahal keyakinan tersebut tidak lebih dari mitos belaka,” kilah Abi.

Perburuan samurai Jepang hendaknya menjadi pelajaran buat kita semua bahwa desakan ekonomi yang mendesak cenderung membuat manusia mengenyampingkan akal sehat.Para pelaku perburuan itu tentu sudah berpengalaman dalam memburu berbagai macam benda-benda bertuah.

Namun besar kemungkinan tidak ada satupun yang berhasil. Tetapi karena rasa penasaran yang belum hilang, mereka terus saja memburunya dan akibatnya mengajak orang lain untuk ikut berburu samurai. Lalu orang lain itu ikut pula masuk pusaran arus bisnis samurai.

Akibatnya semakin banyak yang dirugikan. Uang terkuras dan waktu terbuang percuma. Padahal tidak ada satupun benda samurai Jepang itu yang benar-benar ada.

 

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

3 tanggapan untuk “MITOS SUPRANATURAL: PEDANG SAMURAI JEPANG”

Tinggalkan komentar