ANAKMU BUKAN MESIN UANGMU

Tetapi persoalannya adalah, apakah pantas menjadikan sang anak sebagai mesin uang di saat usianya masih sangat muda? Apakah pantas seorang anak yang masih berusia Sekolah Dasar di setel menjadi mesin uang untuk keluarga?


Ada sebuah tawaran menarik dari Bang Iwan (FATAMORGANA). Tawaran posting bersama menyambut Hari Anak Nasional (HAN), 23 Juli 2010. Temanya Gerakan Nasional Indonesia Sayang Anak.

Tentu saja tawaran ini sangat mulia dan memikat hati. Tetapi bagi saya sungguh tidak mudah menulis tentang anak. Bahkan di blog ini hanya ada tiga tulisan tentang anak. Selebihnya sekadar tulisan yang bikin pusing kepala.

Tetapi saya tidak ingin mengenyampingkan tawaran Bang Iwan. Karenanya saya harus menulis. Apapun hasilnya. Semoga berkenan.

TRAGEDI SANG ANAK

Macaulay Culkin (lahir 1980), pemeran utama film HOME ALONE, menjadi milyarder dalam usia yang masih sangat muda. Kekayaannya menumpuk berkat aktingnya yang luar biasa dalam film yang meraih BOX OFFICE tahun 1990 tersebut. Ekspresi Culkin (berperan sebagai Kevin McCallister) yang menjerit di depan cermin kamar mandi dianggap sebagai tindakan orisinal seorang anak menghadapi ketakutan dirinya.

Dia menjadi idola baru anak-anak di seluruh dunia.Pundi-pundi uang pun melimpah ruah. Pada tahun 1993, kekayaannya diperkirakan mencapai 17 juta dollar. Apapun yang diinginkan sangat mudah untuk diperolehnya.

Tetapi dia masih sangat muda. Usianya belum genap 15 tahun saat dirinya menjadi milyarder. Oleh karena itulah, kedua orangtuanya bertanggung jawab mengelola seluruh uang bocah itu.

Ketika kemudian orangtuanya bercerai, terjadilah kemelut seputar siapa yang paling berhak memegang hak asuh atas Macaulay Culkin.

Pengacara ayahnya dan pengacara ibunya saling beradu argument di pengadilan untuk memenangkan hak asuh. Termasuk hak atas seluruh keringat yang dihasilkan Macaulay Culkin.

Ayahnya (Christopher Culkin) dan ibunya (Patricia Brentrup) saling berebut hendak mengasuh bocah itu bukan semata karena rasa kasih sayang dan cinta kepada bocah itu. Melainkan disebabkan Macaulay Culkin telah menjadi mesin uang. Macaulay Culkin tidak lagi dianggap sebagai anak yang biasa-biasa saja. Dia adalah mesin uang paling efektif meraih kekayaan dalam waktu singkat.

Macaulay Culkin bukannya tidak menyadari kenyataan itu. Dia tahu dirinya telah menjadi mesin uang berbentuk manusia yang diperebutkan ayahnya, ibunya dan orang-orang yang mengincar dirinya untuk terus menghasilkan uang.

Macaulay Culkin lalu memutuskan untuk tidak ingin menjadi mesin uang. Tetapi cara yang dilakukan sungguh sangat bodoh. Dalam usia yang masih sangat muda, dia menjadi peminum berat. Alkohol dipilih sebagai cara ampuh merusak mesin uang tersebut, yang tidak lain adalah dirinya sendiri.

Karirnya pun terhambat. Tidak ada lagi produser yang tertarik memakainya dalam film. Bocah alkoholik ini dinilai tidak pantas lagi menjadi idola anak-anak. Sejak tahun 1994, Macaulay Culkin praktis tidak tampil sebagai aktor. Pada tahun 1994 itu, Culkin sempat membintangi film Richie Rich dengan bayaran 8 juta dollar. Lalu bintangnya meredup.

Selama sembilan tahun berikutnya, dirinya berulangkali berurusan dengan polisi dalam tindak kriminal narkoba dan miras. Kuliahnya pun berantakan. Tetapi yang paling menyedihkan adalah Macaulay Culkin tidak mau berbicara dengan ayahnya selama beberapa tahun. Meski ayahnya sakit dan mengalami kelumpuhan.

Macaulay Culkin juga melakukan tindakan yang tidak umum di negerinya. Dalam usia 17 tahun, dia menikah. Usia yang tergolong muda di negara modern seperti Amerika. Meski perkawinan ini hanya bertahan 2 tahun. Baru pada tahun 2003 Culkin berubah dan mulai berakting kembali.

Peristiwa yang menimpa Macaulay Culkin bukan yang pertama terjadi. Jauh sebelumnya, Shirley Temple  juga mengalami hal yang sama. Dalam usia 5 tahun, Shirley Temple menjadi bintang cilik terkaya dan terpopuler di era 30-an. Ketika terjadi kemelut pada orangtuanya, Shirley memutuskan berhenti berkarir selama puluhan tahun. Dia tidak ingin menjadi mesin uang bagi orang tuanya.

Tragedi Macaulay Culkin pun pernah terjadi di negeri ini. Tetapi saya tidak hendak menyebutkan namanya.

JEBAKAN ORANGTUA

Orang tua manapun di Bumi ini tentu merasa bangga dan bersyukur memiliki anak yang memiliki penghasilan besar. Sebab orang tua tidak perlu lagi bersusah payah mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Cukup mengandalkan kemampuan anaknya, pundi-pundi uang mengalir deras. Senang sekali rasanya menjadi orang tua seperti ini.

Tetapi persoalannya adalah, apakah pantas menjadikan sang anak sebagai mesin uang di saat usianya masih sangat muda? Apakah pantas seorang anak yang masih berusia Sekolah Dasar di setel menjadi mesin uang untuk keluarga?

Inilah yang disebut Jebakan Orang Tua (The Parent Trap). Sebuah perangkap yang dilakukan orangtua terhadap anaknya agar dapat menghasilkan kekayaan berlimpah. Tetapi tidak dengan cara yang bijaksana. Melainkan melalui tekanan dan pemaksaan agar sang anak mau berkarya dan menghasilkan uang.

Tentu saja orangtua melakukannya dengan bahasa dan kata-kata yang halus. Dengan alasan hendak mengembangkan bakat atau talenta sang anak, orangtua membujuk sang anak untuk berlatih vokal, berlatih akting dan segala macam pernak-perniknya.

Tujuannya agar sang anak siap mengikuti audisi dan beradu untung memasuki dunia entertainment. Jika bernasib baik,sang anak tampil di layar kaca sebagai penyanyi atau dapat peran di sinetron. Pundi-pundi uang pun siap menanti.

Sepintas hal ini sah-sah saja. Lagipula tidak ada larangan bagi orangtua melakukannya. Namun hendaknya perlu disadari. Anak tetaplah anak. Anak memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Inilah yang agaknya patut dipertimbangkan bagi para orangtua.

Dalam pandangan saya, hal seperti di atas sesungguhnya eksploitasi terhadap anak yang merupakan bentuk lain dari tindak kekerasan terhadap anak. Meski bukan kekerasan fisik, tetapi kekerasan terhadap psikis sang anak.

Membentuk anak menjadi mesin uang dalam usia yang masih sangat dini merupakan bentuk kekerasan terhadap anak yang sangat tersamar dan tidak mudah terdeteksi. Sebab semua variabel kekerasan tidak mencakup di dalamnya, Ambil contoh, variabel memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

Tetapi jika dikaji lebih dalam, sebagaimana terjadi dalam kasus Macaulay Culkin, jelas terlihat bahwa perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak sangat terabaikan. Setidaknya hak untuk menentukan masa depannya sendiri dan bukan masa depan yang diinginkan orangtua.

INDONESIA MENCARI BAKAT

Tulisan ini dilatarbelakangi sebuah tayangan televisi bertajuk Indonesia Mencari Bakat. Tayangan yang menarik dan menggugah emosi penonton di studio dan pemirsa di rumah. Tayangan memikat ini mungkin memiliki rating bagus dilihat dari banyaknya spot iklan yang ada.

Boleh jadi, tayangan ini berhasil meraup untung sangat besar. Nilainya mungkin mencapai milyaran. Tetapi bukan itu yang hendak dibahas.

Saya justru tertarik melihat peserta yang masih berusia dini. Sebut saja Brandon, Fay dan JP Millenix. Sejujurnya saya kasihan melihat mereka. Mereka jelas menjadi korban pengelola acara yang dengan sengaja mengulur waktu acara penentuan juara.

Melalui trik kolaborasi dengan artis senior atau sesama peserta, ketiga bocah lugu itu dipaksa untuk terus mengikuti acara. Sebab semakin banyak episode yang berlangsung, semakin banyak pula uang yang dikumpulkan dari para sponsor dan SMS.

Dengan kata lain, ketiga bocah itu hendak dicoba dibentuk menjadi mesin uang bagi segelintir orang pengelola acara tersebut.

Terkadang saya berpikir, apakah ketiganya tidak sekolah? Apakah sekolah ketiganya tidak terganggu?

Dimana mereka tinggal? Apakah di asrama yang ditentukan pengelola acara atau pulang ke rumah masing-masing?

Dari satu minggu ke minggu yang lain, ketiganya digodok untuk selalu maksimal dalam penampilan. Sebab ada Dewan Juri yang selalu menilai secara cermat penampilan ketiga bocah itu.

Titi Syuman, Sarah Sechan, Rianti C, Tantowi Yahya tentu menyoroti ketiga bocah itu bukan semata dari sudut penampilan, melainkan nilai bisnis dari ketiga bocah itu.

Tanpa bermaksud membandingkan, marilah kita melihat acara yang mirip dengan Indonesia Mencari Bakat, yaitu Britain’s Got Talent di Inggris.

Peserta acara tersebut hanya perlu tampil sebanyak 3 kali hingga dititik final. Ambil contoh, Susan Boyle. Dia menjadi juara kedua dalam Britain’s Got Talent 2009. Pada saat dia menjadi juara kedua tersebut, dirinya hanya tampil sebanyak 3 kali.Acara Britain Got Talent sukses tanpa perlu memperbanyak episode atau mengulur-ngulur waktu.

Oleh karena itulah, saya menilai tayangan Indonesia Mencari Bakat merupakan bentuk lain dari tindak kekerasan terhadap anak. Kekerasan terhadap psikis sang anak. Di sini jelas, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak terabaikan.

Namun demikian, hal yang paling signifikan tentunya mengingatkan kepada orang tua ketiga bocah itu dan para orang tua lainnya, agar segera menyadari bahwa anak-anak kesayangannya tidak dibentuk menjadi mesin uang. Apalagi dieksploitasi oleh pemilik modal.

Marilah kita menyayangi anak-anak kita dengan tidak menjadikan anak kita sebagai mesin uang.

Marilah kita berdoa agar anak-anak negeri ini menjadi anak-anak yang berakhlak mulia. Akhlakul Karimah. Amin.

Demikianlah.

BaNi MusTajaB

 

Tulisan lain:

GADIS CILIK CACAT TETAPI BERSEMANGAT KUAT

 

 

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

48 tanggapan untuk “ANAKMU BUKAN MESIN UANGMU”

  1. (Maaf) izin mengamankan KEDUAX dulu. Boleh, kan?!
    Selamat hari Anak Nasional.
    Hentikan eksploitasi terhadap anak. Biarkan mereka menikmati masa anak2nya.

    Suka

  2. Mari bersama kita berusaha memberikan sesuatu yang lebih bermakna dalam hidup anak-anak kita. Tidak hanya anak-anak kita sendiri, tapi juga anak-anak yang lain.

    Suka

  3. Sebuah kehormatan Gus bisa ikutan,… terima kasih banyak.
    Mudah2han sumbang saran, opini, atau uneg-uneg yang kita tulis nantinya bisa menjadi sumber referensi dan instropeksi untuk lebih mendorong kepedulian kita terhadap Anak Indonesia sebagai pewaris dan penerus cita-cita bangsa.

    Suka

  4. Saya turut prihatin mengenai ekploitasi anak-anak demi popularitas dan rupiah… Seharusnya selain kepedulian dari orang tua, perlu juga kiranya pemerintah membuat aturan dan regulasi tentang hal ini. Karena jangan sampai anak-anak Indonesia kehilangan keceriaan masa kecilnya.

    Suka

  5. Selamat hari anak, semoga semakin banyak orang tua yang sadar bahwa tak ada orang tua yang tak bermula dari anak-anak. Apa yang anak-anak harapkan sekarang adalah sama seperti yang kita harapkan dahulu, perhatian dan kasih sayang. tunaikan kewajiban orang tua kepada anak, berikan hak anak dengan bijak, itu semestinya.

    Suka

  6. setuju banget, gus. belakangan ini tak sedikit anak2 yang menjadi korban ambisi ortunya. padahal, mereka memiliki dunianya sendiri. sungguh naif di tengah peradaban seperti sekarang masih ada saja ortu yang memperalat anak2nya demi mendapatkan segepok duwit. dirgahayu anak indonesia!

    Suka

  7. Setuju Gus. Di Indonesia juga banyak yng menjadikan anak mesin uang. Mulai dengan memksanya jadi pengemis sampi min sinetron.

    Suka

  8. good opinion…
    anak2 tu masa depan bangsa ini yg harus di didik bukan tuk diperbudak sbg pekerja, peminta2 dsb…
    smoga HAN ini bisa menyadarkan kita tuk slalu memberikan yg terbaek tuk anak2 bangsa Indonesia…
    Mari cintai anak2 Indonesia..

    Monggo,Sob berkunjung balik ke blog saya.. ^^

    Suka

  9. betul sekali, kasihan anak anak yang di eksploitasi, coba lihat di tempat pemotretan iklan deh, anak anak di suruh menunggu sampai tengah malam dan harus bangun…kasihan.

    Suka

  10. di Indonesia juga banyak kasus pengeksploitasikan anak,mereka berdalih bahwa itu hobby dan keingan anak merka sendiri,padahal,non sens!Hoax

    Suka

  11. Kadang ada kesan orangtua mengexploitasi kemampuan anak sehingga tak ada ruang dan waktu bagi anak untuk berperan sebagai anak dengan dunianya yang unik.
    shooting..shooting…shooting..sampai anak teler
    salam hangat dari Surabaya

    Suka

  12. benar pak. judul yg sangat tepat ditengah kondisi masyarakat yg semakin kapitalis.

    saya sendiri menikmati IMB..kadang khwatir juga dengan perkembangan pendidikan mereka.

    Suka

  13. Saya juga termasuk salah satu orang yang menentang anak-anak didorong masuk ke dunia keartisan sejak masih kecil. Yg meraup keuntungan kan orang tuanya….

    Suka

  14. Assalaamu ‘Alaikum wr.wb
    Sudah lama Tak berkunjung…. kangen juga ya… gak tukar pikiran cukup lama.
    Gimana Shaumnya …. batal belum ?
    Semoga Allah swt memeberikan kekuatan kepada kita, sehingga diakhir Ramadhan kita bisa ke luar menjadi pemenang
    Amiin…

    Suka

  15. insya Allah sekitar 2 minggu lagi syawal, dan bagi yang berminat untuk berziarah ke banten… dipersilakan datang untuk berziarah
    dan jangan lupa sebelumnya saya ingatkan mohon persiapkan banyak uang kecil sebelumnya, sebab disana banyak anak anak kecil yang mendadak jadi pengemis.. sedangkan orang tua meraka berdagang disekitar lokasi ziarah. entah ini tradisi atau… kesempatan yang jarang di dapat dan selalyu ditunggu2. Wallahu a’lam

    Sekalian titip makalah, mudah2an manfaat buat tamu abang ang lainnya: http://cikopotrans.blogspot.com/2010/08/pola-makan-rosulullah.html

    makasih,…

    Suka

  16. Wah tidak menyangka ternyata anak kecil yang saya idolakan itu mempunyai kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Di sisi lain, sekarang juga di Indonesia banyak anak keciil yang bermain sinetron, di mulai dari anak TK pun sudah bermain sinetron, apakah itu termasuk mempekerjakan anak? Kenapa tidak ada UU yang mengatur hal seperti itu?

    Suka

  17. Setelahnya melewati fase rahmah dan maghfirah semoga Allah swt membebaskan kita dari siksa api neraka dan menjadikan kita sebagai pemenang teriring doa : Taqabalallahu minna waminkum taqabbal yaa kariim”
    Selamat Idul Fitri 1431 H
    Maafkan Lahir dan Bathin

    Salam hangat slalu dari kota hujan
    *abifasya dan Keluarga*

    Suka

  18. tidak cukup hanya menutupi kesalahan, atau menghapus dengan memaafkan, tetapi harus berlapang dada untuk berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita. Inilah puncak dari permaafan dalam Islam. Selamat lebaran, selamat Hari Raya IdulFitri 1431H.

    Suka

  19. Miris sekali saya mendengar eksploitasi anak, seharusnya tugas anak itu belajar bukan untuk dimanfaatkan seperti itu. Positifnya dalam acara Indonesia mencari Bakat jadi tahu tallent atau bakat seseorang. Mungkin yang perlu dikoreksi masalah waktu yang sepertinya sangat menguras energi dan waktu peseta apalagi peserta anak-anak.

    Suka

  20. anak2 sering sekali dijadikan oleh orang tuanya sendiri untuk mencari duit. ga usah di luar negeri di sini di negeri sendiri banyak sekali kejadian seperti ini, ane dah sering liat.
    bahkan kemarin ane pernah maki2 tuh mamaknya

    Suka

  21. anak adalah titipan mulia dr yg diatas.tinggal bgmana kita memberi apa yg selayaknya kita beri pd anak.selanjutnya kita serahkan pd yg diatas…

    Suka

  22. kalau uadha gak sanggup ,e,biayai anak jangan lakukan mereka sepeti itu,,,
    titipkanlah anak anda ke dinas sosial atau panti asuhan,

    Suka

  23. Ping-balik: Online LMS

Komentar ditutup.