PANSUS DI UJUNG TANDUK, BOEDIONO DI BIBIR JURANG DAN HATTA RADJASA WAKIL PRESIDEN


Pansus Century semakin mendekati deadline. Batas waktu simpulan akhir kian dekat. Masyarakat menunggu harap-harap cemas aksi para wakilnya di dewan. Mereka menanti pertanggungan jawab atas biaya kerja pansus senilai milyaran rupiah.

Uang rakyat sebanyak itu tidak pantas jika sekadar menghasilkan simpulan bias, kabur, semu, kompromis atau transaksional.

Hingga tulisan ini dibuat, skor sementara 7:2. Fraksi Partai Demokrat (PD) bersama fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berhadapan dengan fraksi Partai Golkar, PPP,PDIP,Partai Hanura,Partai Gerinda, PKS dan PAN.

Sementara simpulan belum bulat, lobi-lobi antar politisi bergemuruh di dalam dan di luar gedung dewan. Ada yang bernada tajam berbau ancaman. Ada pula yang berbisik dalam bilik tertutup.

Ada yang mengancam reshuffle kabinet. Ada yang tidak takut ancaman hengkang dari kementerian. Ada yang membeberkan komunitas pengemplang pajak. Ada yang tidak takut dianggap penunggak pajak, bahkan tidak merasa melanggar pajak.

Ada yang sudah diseret menjadi tersangka korupsi sapi dan mesin jahit. Ada pula tersangka suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom.

Tetapi semuanya tidak menyurutkan kelompok 7 fraksi untuk tetap teguh mengusut tuntas dugaan penyelewengan dana talangan Century. Pokoknya buka selebar-lebarnya, terang dan jernih. Usut tuntas.. tas.. tas.. tas.

Pansus di ujung tanduk

Kini aliran dana Century menjadi sesi terakhir kerja pansus. Kemana saja dana itu mengalir dan untuk keperluan apa saja dana itu digunakan. Perburuan aliran dana menjadi amunisi pamungkas untuk membulatkan simpulan dan menembak target tepat sasaran.

Namun, sejumlah nama yang tersangkut aliran dana, buru-buru membantahnya. Bahkan melapor kepada yang berwajib. Ketika nama Emir Moeis disebut pula, segera para koleganya menjadi juru bicara untuk menyangkalnya.

Mengutip syair Bengawan Solo, aliran dana Century mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut. Tidak diketahui kemana dan dimana aliran dana itu berhenti. Muara aliran dana itu melebar dan mengendap laksana delta. Membentuk areal luas hingga sulit terdeteksi ketebalannya. Untuk menggalinya dibutuhkan Tim Pemburu Aliran Dana.

Sebab Pansus kerap mewacanakan dugaan aliran dana ke parpol tertentu, bahkan capres dan cawapres tertentu. Maka jelaslah, Pansus berada di ujung tanduk jika gagal membuktikan wacana yang ditebar di media massa. Kredibilitasnya bakal runtuh dan sejarah mencatatnya dalam tinta merah. Pansus akan dianggap melakukan masturbasi politik. Memuaskan dirinya sendiri, tanpa memuaskan rasa keadilan khalayak ramai.

Perang kata

Sejak awal memang telah bergulir syak wasangka, dugaan-dugaan dan prakiraan adanya penyalahgunaan dana Century bagi kepentingan parpol tertentu, capres dan cawapres tertentu. Seluruhnya masuk kategori melanggar undang undang.

Hal ini mengingatkan kita saat Bill Clinton dituding menerima aliran dana kampanye yang menyalahi aturan. Nama James Riyadi disebut-sebut sebagai penyumbang dana kampanye. Betapa hebatnya sosok James, menjadi penyumbang calon presiden negara adidaya. Andaikan tuduhan itu benar.

Semua masih belum jelas. Gelap tertutup kabut. Bahkan semakin gelap manakala politisi pansus saling beradu argumen keras, tajam dan malah membingungkan.

Ruhut Sitompul berbicara lantang bak singa pansus. Suaranya keras menggelegar menyanjung ketua dewan pembina partainya. Dia mengeluarkan kata-kata makian bangsat sambil menggoyang kuncir rambutnya. Semua ditampilkan Ruhut untuk meyakinkan kebenaran yang diyakini kelompoknya.

Sementara di sudut lain, suara-suara yang hadir lebih lembut, berwibawa dan simpatik. Meski tetap tidak kehilangan kekritisannya. Ganjar Pranowo, Fahri Hamzah, Akbar Faisal, Maruarar Sirait dan kelompoknya mampu mengendalikan intonasi suara tanpa harus kehilangan bobot substansi perkataannya.

Andaikan semua kelompok bertarung dalam sikap kasar, keluar jalur etika dan mengedepankan gaya premanisme, maka besar kemungkinan Pansus Century dapat menjadi pemicu terjadinya perang fisik di gedung dewan. Sebagaimana tradisi adu jotos para politisi Taiwan di gedung parlemen.

Boediono di bibir jurang

Kini masyarakat masih sabar menunggu (atau malah tidak peduli) seperti apakah akhir drama Century ini. Akankah berujung happy ending sarat muatan politik dagang sapi? Ataukah bad ending mengarah pada pemakzulan? Atau malah kisah bersambung tanpa akhir yang mengingatkan kita atas serial Api Di Bukit Menoreh karya masterpiece SH Mintaredja.

Masyarakat berharap diperoleh hasil yang tidak meninggalkan rasa keadilan. Masyarakat berpijak pada hukum universalitas, semua orang memiliki kedudukan setara dihadapan hukum. Yang salah harus dihukum. Dan yang benar tidak patut dipersalahkan.

Sementara kelompok demonstran tetap teguh pada pendiriannya yang telah menjatuhkan vonis bersalah kepada 3 figur yang dinilai bertanggung jawab terhadap kisruh Bank Century.

SBY, Boediono dan Sri Mulyani dapat disebut sebagai three musketeers yang berada pada level puncak pemberitaan bernada miring. Ketiganya menjadi sorotan paling tajam dalam agenda 100 hari, bahkan mungkin hingga 365 hari mendatang.

Tetapi utamanya Boediono dan hanya sosok Boediono yang menjadi bidikan penting kisruh Century. Jabatan prestisius yang kini disandangnya kian goyah digoyang-goyang skandal Century. Wacana pemakzulan yang menghiasi media tidak lain terarah kepada posisinya sebagai RI 2.

Pemakzulan menjadi perbincangan semua kalangan. Dan kursi Boediono semakin mendekati bibir jurang kejatuhan.

Kombinasi opsi

Tentu ada banyak kombinasi jawaban yang muncul. Ada banyak kemungkinan yang hadir. Dan semua kombinasi dan kemungkinan itu bisa saja tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Opsi pertama adalah win-win solution. Pilihan yang paling dikedepankan. Tidak terlalu menyenangkan, meski cukup menghibur hati. Tiga figur di atas tetap aman dan nyaman pada posisinya. Imbalannya beragam. Sejumlah posisi penting di kementerian dapat ditempati anggota baru berasal dari kelompok 7 partai dan lalu tidak mengungkit urusan pajak, apalagi tragedi Lapindo.

Opsi kedua adalah win-lose solution. Ada yang menang dan ada yang kalah. Mereka yang menang merupakan kelompok yang tetap teguh pada pendirian dan merasa berada di jalur kebenaran. Dan yang kalah adalah mereka yang bersalah secara hukum dan siap digiring ke balik teralis besi.

Opsi ketiga adalah lose-lose solution. Semuanya kalah, semuanya salah. Hal ini hanya mungkin terjadi manakala terbukti secara hukum mereka yang terlibat dalam kisruh Century atau ikut menerima aliran dana Century, berada pada semua kelompok atau parpol yang terwakili di pansus. Sungguh menyedihkan. Inilah yang disebut korupsi berjamaah. Semua mendapatkan dan semua menikmati. Koalisi dan oposisi ikut menikmati kue busuk Century.

Lose lose solution muncul jika terjadi one zoom zero atau hancurkan semuanya. Semua dianggap terlibat. Tidak perduli dari kelompok koalisi atau oposisi. Semuanya korupsi, semuanya koruptor. Semuanya mencicipi dosa korupsi. Dan kemudian Pemilu ulang.

Hatta Radjasa Wakil Presiden

Opsi lose lose solution terlalu riskan. Bahkan mustahil terjadi. Sedangkan win win solution cenderung mengusik nurani masyarakat yang dengan setia menanti hasil kerja pansus. Masyarakat akan sedih, kecewa dan marah manakala simpulan akhir pansus hanya menyenangkan kelompok-kelompok yang saling berseberangan. Sementara hasilnya di luar harapan masyarakat. Terjadi politik dagang sapi.

Bagaimana dengan opsi win lose solution? Opsi ini dapat diartikan ada yang menang dan ada yang kalah. Kemenangan dalam bentuk membuka lebar pihak yang bersalah dan lalu dilanjutkan proses hukum terhadap orang-orang yang menyalahgunakan kebijakan dana talangan. Kemenangan itu juga bermakna bail out Century salah dan menyalahi undang-undang.

Tentu saja, konsekwensinya kursi RI 2 berubah. Boediono harus legawa meninggalkan posisinya dan berlanjut dalam proses pemeriksaan. Tragis memang. Tapi apa boleh buat. Hukum di atas segalanya dan hukum harus ditegakkan.

Tetapi tentu pula harus ada yang menggantikan posisinya. Kursi RI 2 tidak boleh kosong. Tidak boleh terulang sejarah saat Muhammad Hatta mengundurkan diri sebagai wapres dan Sang Presiden tidak pernah menunjuk wakilnya yang baru.

Lalu muncullah dalam benak saya sekelebatan nama Hatta Radjasa. Pria berambut putih ini berada dalam posisi paling strategis untuk menggantikan Boediono. Tetapi saya belum cukup untaian kata untuk dipaparkan.

Dan seandainya itu terjadi, maka kita akan mengalami 2 wakil presiden bernama mirip: Muhammad Hatta dan Hatta Radjasa.

Demikianlah. Mohon dijadikan periksa.

BaNi MusTajaB

 

Tulisan lain:
MENGUKUR KEKUATAN BOEDIONO DAN SRI MULYANI

MUNGKINKAH MENONAKTIFKAN BOEDIONO DAN SRI MULYANI

PRESIDEN PILIHAN TUHAN: SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

BELAJAR DARI KETIDAKBERSAMAAN SBY-JK

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

13 tanggapan untuk “PANSUS DI UJUNG TANDUK, BOEDIONO DI BIBIR JURANG DAN HATTA RADJASA WAKIL PRESIDEN”

  1. mudah mudahan kisah panjang yang ruwet ini segera berakhir dengan munculnya kebenaran sebagai pemenangnya, capek bila energi kita terkuras hanya untuk kasus seperti ini yang harusnya tidak butuh waktu terlalu lama diselesaikan hanya karena ketidak tegasan dan terlalu banyak kompromi politik saja akhirnya berlarut larut
    @
    inilah yang patut disesalkan….drama harus segera berakhir dan memulai langkah baru.

    Suka

  2. hati kecil saya lebih percaya figur semacam boediono dan sri mulyani ketimbang artis senayan & gerbong politiknya..
    @
    inilah keunikannya. tetapi drama belum berakhir dan harus segera berakhir

    Suka

  3. Mas, ikutan tukeran link dong… link nya mas sudah nongkrong di blog saya. Di tunggu linkback nya ya… makasih sebelumnya…
    @
    Silahkan, mas. link Anda sudah terpasang. ok. semoga bermanfaat

    Suka

  4. Apakah akhirnya bakal ada teori konspirasi agar ada yang bisa naik menjadi RI-2?
    menurut saya sebagai awam, dari data dan fakta yang terlihat dilapangan jelas ‘sepertinya’ proses ke Bank Pencury itu bermasalah… tapi kayaknya ujung pansus nanti lebih ke kocok ulang bagi-bagi bangku aja nih…

    Suka

  5. Tell myself that I am valuable, I am not exactly what people think I am. Lately, I have been treated disrespectfully by a person I thought was a friend, and despite of what my friends told me about him (that he is not worth it), I still wonder if I could’ve done something different. By telling myself that I am worth better because I am, that I am fine and I am not wrong, I boost up a little of my energy.

    Scarves Scarves

    Suka

Tinggalkan komentar