PARADOKS PARADIGMA GUS DUR


KH. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009, pukul 18.45 di RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Beliau dimakamkan keesokan harinya di Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Mantan Presiden RI ke 4 ini meninggalkan seorang istri dan 4 putri.

Kita tentu merasa kehilangan sosok yang layak dijuluki Guru Bangsa ini. Di tengah keterbatasan fisiknya, beliau tidak kenal lelah memerjuangkan prinsip-prinsipnya. Hal ini merupakan cermin terpuji bagi siapapun yang secara fisik memiliki kekurangan agar selalu percaya diri menghadapi masa depan.

Di sisi lain, Gus Dur dikenal sosok kontroversial. Ucapan dan pemikirannya dianggap paling sering disalahpahami. Paradigma atau kerangka berpikirnya sering paradoks atau bertentangan dengan pendapat umum di masyarakat. Tentu saja hal ini memancing hujatan bertubi-tubi.

Namun demikian, andaikan kita mau sedikit mengkaji pandangannya yang tampak kontroversi, sebenarnya tersirat pesan penting dibaliknya. Beliau memikirkan apa yang mungkin belum terpikirkan orang lain. Bagi kalangan supranatural, istilah yang pas untuk ini disebut: weruh sak durunge pinarak/winarah (mengetahui sesuatu sebelum peristiwa itu terjadi).

Kisah-kisah supranatural bukan hal aneh di kalangan para kyai NU, termasuk Gus Dur. Salah satu faktornya karena sebagian kyai nahdliyin menjalankan tradisi sufistik. Di lingkungan NU, para kyai yang tergabung dalam tarekat memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat luas di pesantren ataupun di luar wilayahnya. Pengaruh yang mereka dapatkan datang dari kepercayaan masyarakat terhadap bakat supranatural yang dimiliki kyai. Dalam istilah eskatologi pesantren, kemampuan supranatural ini disebut khariqul ‘adah. Sementara masyarakat awam memandang kemampuan semacam itu sebagai suatu keanehan, ganjil, paradoks atau kontroversial.

Meski begitu, saya pernah sekadar diskusi dengan beberapa teman yang membahas sikap atau pernyataan Gus Dur yang dinilai kontroversial. Misalkan, saat beliau menerima dana SDSB, mendukung Arswendo Atmowiloto (Tabloid Monitor), menyebut LB Moerdani sebagai calon pemimpin masa depan, ucapan Assalamualaikum dapat diganti Selamat Pagi, menginginkan Indonesia membuka hubungan dengan Israel, dan lain-lain.

Saya ingin menulis sedikit seputar diskusi yang berlangsung lebih dari 10 tahun lalu itu.

SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah)

Sesungguhnya Gus Dur berperan penting ditutupnya judi berkedok sumbangan SDSB. Siapapun tentu tidak akan pernah menduganya. Inilah kisahnya.

Pada Desember 1985, kupon berhadiah Porkas resmi dijual. Setahun kemudian (Oktober 1986), dana terkumpul mencapai Rp 11 miliar. Akhir 1987, Porkas berubah nama menjadi Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (KSOB). Dalam kurun 1987, KSOB menyedot dana masyarakat Rp 221,2 miliar.

Pada Juli 1988, Mensos menegaskan KSOB (dan TSSB) diperkirakan menyedot dana masyarakat Rp 962,4 miliar atau meningkat 4 kali dibandingkan tahun 1987.

Pada saat itu pula, sejumlah politisi DPR mulai menyatakan, KSOB dan TSSB (Tanda Sumbangan Sosial Berhadiah) menimbulkan ekses negatif, yakni tersedotnya dana masyarakat desa ke Jakarta dan dengan sendirinya memengaruhi kehidupan perekonomian daerah.

Awal Januari 1989, KSOB dan TSSB bermetamorfosis menjadi Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). Akhir 1990, Pemerintah menambah frekuensi penarikan SDSB menjadi 9 kali.

Gelombang protes pun berdatangan. Protes datang dari para Gubernur Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh, Timtim, Kalimantan Selatan, dan Bengkulu. Bahkan Pemda Aceh dan Timtim menolak total peredaran SDSB.

Gelombang protes tidak hanya dari gubernur, tapi juga para ulama dan kalangan mahasiswa di berbagai daerah menuntut agar SDSB dihapuskan. Kalangan agamawan menilai SDSB adalah judi yang diharamkan. Sementara yang lain menilai SDSB memberi harapan hampa atau angan-angan kosong. SDSB dinilai meresahkan masyarakat karena banyak yang keranjingan judi dan jatuh miskin. Di samping itu bermunculan  dukun palsu yang mengaku dapat menebak nomor. Pada intinya, tema yang mengemuka dalam demonstrasi menentang SDSB lebih kepada faktor ekonomi dan psikologi semata.

Meskipun tokoh-tokoh agama berulangkali menghimbau agar SDSB ditutup, tetapi tidak digubris Pemerintah. SDSB tetap berjalan tanpa halangan. Maklumlah, salah seorang pengelola SDSB adalah putra presiden. Konon pula,  dibekingi Sudomo ( muncul plesetan: Sudomo Datang Semua Beres).

Lalu dimana peran Gus Dur dalam menghentikan judi SDSB ?

Di sinilah keanehannya. Gus Dur menggunakan strategi yang tergolong berani dan kontroversial. Sebagaimana diketahui, ketika itu Gus Dur menjabat Ketua Umum Dewan Tanfidziyah PBNU. Rupanya, tanpa sepengetahuan pengurus PBNU lainnya, termasuk dari  Dewan Syuriah NU, Gus Dur meminta sejumlah uang kepada Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS), penghimpun dana SDSB. Tentu saja tindakan ini tergolong berani, mengingat organisasinya mengharamkan SDSB.

Tindakan Gus Dur ini bocor setelah seorang pengurus YDBKS buka suara. Akibatnya sangat menggemparkan. Terjadi hiruk pikuk di tubuh ulama NU dan umat Islam. Bahkan Gus Dur seolah membela diri dengan mengatakan SDSB halal.

Akibat Gus Dur menerima uang judi tersebut, Kyai Ali Yafie yang duduk sebagai Rais Aam PB NU menyatakan mundur dari kepengurusan PBNU.

Inilah titik awal munculnya gelombang demonstrasi besar-besaran menentang SDSB. Ketika itu para demonstran menganggap SDSB telah memecah belah umat. SDSB dinilai berpotensi merusak kerukunan bangsa. Dengan kata lain, arus utama demonstrasi tidak lagi sebatas tema masalah ekonomi dan psikologi, melainkan perpecahan di masyarakat.

Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan Pemerintah. Perpecahan di masyarakat berpotensi menimbulkan huru hara atau kerusuhan yang lebih luas. Pada akhirnya, Pemerintah secara resmi mencabut dan membatalkan pemberian izin SDSB pada 25 November 1993.

Inilah paradoks paradigma Gus Dur. Kita baru menyadari sikap kontroversial Gus Dur ini setelah SDSB dibubarkan.

Tabloid Monitor

Tabloid MonitorPada 1990, Tabloid Monitor merupakan tabloid hiburan terbesar di negeri ini.  Tabloid fenomenal ini laris karena menjual segala hal berbau ‘syur’. Mulai dari gosip artis sampai masalah seks. Sekwilda (sekitar wilayah dada), bupati (buka paha tinggi-tinggi) dan kode buntut (Mbah Bejo) menjadi sajian utama. Tirasnya mencapai 600.000 eksemplar per minggu. Pemimpin Redaksi Monitor, Arswendo Atmowiloto, dinilai berhasil melahirkan jurnalisme Lheer (terbuka).

Di tengah kejayaannya, (konon katanya, ketika itu Arswendo bergaji 50 juta perbulan), dia terpeleset saat membuat polling.  Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Hasil angket menunjukkan Nabi Muhammad SAW menempati urutan kesebelas sebagai tokoh paling dikagumi, satu tingkat dibawah Arswendo yang menempati peringkat kesepuluh. Sedangkan KH. Zainuddin MZ dan Iwan Fals berada di atas Arswendo. Nomor 1 dan 2 dipegang Suharto dan Habibie.

Publikasi itu menimbulkan kegemparan di kalangan umat Islam. Tabloid Monitor dianggap melecehkan Nabi Muhammad SAW dan membangkitkan kembali sentimen SARA. Protes pun gencar dilancarkan. Mulai dari MUI  hingga organisaasi yang mengatas namakan Islam. KH. Zainuddin MZ  sempat berkomentar sinis,” mana mungkin ada mubaligh lebih populer dari Nabinya.”

Masyarakat marah dan terjadi demonstrasi di berbagai kota. Sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, menteri, termasuk para wartawan media lain ikut mengutuk tindakan Arswendo yang dinilai melakukan penodaan agama.

Sebagian demonstran mendatangi kantor tabloid tersebut dan melemparinya dengan batu. Dikabarkan, Arswendo sempat terkurung beberapa hari di kantornya dan ketakutan setengah mati. Tubuhnya gemetaran dan wajahnya pucat pasi. Andaikan saat itu dia keluar, mungkin massa akan mengeroyok hingga babak belur.

Dalam situasi keriuhan ini, tiba-tiba saja Gus Dur datang membela Arswendo. Tentu saja pembelaan ini menimbulkan hujatan terhadap dirinya. Tetapi pembelaan Gus Dur memang tidak mudah dipahami.

Saat itu Gus Dur mengemukakan agar umat Islam tidak mudah emosional dan menjadi pemarah. Namun yang pasti, Gus Dur menentang keras pembreidelan tabloid itu. Sebab dianggap bertentangan dengan hak kebebasan berpendapat.

Tetapi tuntutan massa tidak dapat dicegah.  Dengan makin gencarnya protes, Pemerintah membreidel Tabloid Monitor pada 23 Oktober 1990. Tak lama kemudian, PWI Jakarta memecat Arswendo dari keanggotaan PWI dan mencabut rekomendasi jabatan Pemred. Tidak hanya Tabloid Monitor, tapi juga Majalah Hai.  Arswendo pun dijebloskan ke penjara selama  5 tahun. (Belakangan saya dapat info, kasus Tabloid Monitor memang sudah di skenario oleh pesaing bisnis tabloid itu).

Hingga saat itu, tidak ada yang menduga sikap Gus Dur menentang pembreidelanTabloid Monitor memiliki makna penting di kemudian hari.

Pada 21 Juni 1994, beberapa media massa seperti Tempo, Detik dan Editor dicabut surat izin penerbitannya, atau dengan kata lain dibreidel setelah mereka mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan negara oleh pejabat negara.

Demonstrasi bermunculan di berbagai tempat, khususnya mahasiswa, LSM dan para wartawan. Mereka menentang pembreidelan itu. Tetapi Pemerintah tidak menggubrisnya.

Ketika itu Gus Dur mengatakan bahwa pembreidelan Tabloid Monitor dijadikan uji coba pemerintah untuk menyiapkan pembreidelan media lainnya. Tetapi tidak seorangpun menyadarinya. Andaikan saat itu pembreidelan Monitor dicegah, tentu masyarakat akan menentang pembreidelan Tempo, Detik dan Editor. Tetapi, lagi-lagi tidak ada yang faham tindakan Gus Dur.

Inilah sekelumit pandangan Gus Dur yang bagi sebagian masyarakat dianggap kontroversial dan aneh. Sebenarnya masih banyak. Misalnya, ketika Gus Dur menyebut LB Moerdani sebagai calon pemimpin masa depan,  sebenarnya dia hendak mengakhiri karir LB Moerdani di panggung politik. Padahal Moerdani sedang berada di puncak kejayaannya dan berpeluang menjadi Wakil Presiden.

Begitu pula alasan Gus Dur terkait keinginannya membuka hubungan dengan Israel yang hingga kini masih kontroversial. Alasan yang sering dikemukakan, tampaknya berbeda dengan alasan substantifnya.

Demikian paradoks paradigma Gus Dur.

Wallahu’alam bissawab.

BaNi MusTajaB

terkait:

JENAZAH GUS DUR DI RSCM HENDAK DIMASUKKAN AMBULANS UNTUK DIBAWA KE CIGANJUR (VIDEO)

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

42 tanggapan untuk “PARADOKS PARADIGMA GUS DUR”

  1. S E T U N G G A L…………!!!!!!
    Hidupkan karya mu !!!!
    Hidupkan hati mu !!!!
    Agar kita tidak menjadi orang yang selalu dalam kerugian.
    Sukses untuk sahabatku……..
    Karyamu membuat semangat para sahabat-sahabat untuk tetap berkarya.
    God bless U……………………n…………………………..INDONESIA
    @
    terima kasih…
    Semoga Allah SWT melindungi kita semua. amin

    Suka

  2. Setuju mas. Gus Dur memang sosok yang kontroversial. Kata orang, cara berpikirnya lima puluh tahun ke depan. Jadi yang pola pikirnya pas-pasan ya sulit untuk memahaminya.

    Salam sukses.
    @
    tidak ada orang yang pikirannya pas pasan. yang ada orang yang memang membatasi berpikir untuk hal yang rumit.. terima kasih

    Suka

  3. *speechless*
    Rasanya sulit mencari pengganti Gus Dur, seorang pemberani dan selalu memihak rakyat.
    Kira2 uang SDSB itu dipakai GD buat apa ya, Gus?
    @
    yakinlah…ada banyak generasi yang dapat menggantikannya.
    Soal uang SDSB..entahlah..tetapi setidaknya,,,tidak ada lagi uang rakyat yang tersedot judi SDSB.

    Suka

  4. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, semoga almarhum Gus Dur, diampuni semua dosa-dosanya, diterima segala amal kebaikannya dan mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya, amin. (Dewi Yana)
    @
    amin ya Robbal alamin.

    Suka

  5. wah mumet dah, gak nyambung dgn paradoks nya Gus Dur, mngkin bnr dblik tindakan beliau yg kontroversial itu memuat makna2 yg penting, tp syngnya….. kbnyakan masyarakat tdk mampu menangkap smpe sejauh itu, hehehe…
    @
    saya hanya mencoba mengenang ingatan lama. cukup banyak sebenarnya. tetapi sementara ini hanya itu yang dapat saya tuliskan tentang beliau.

    Suka

  6. Saya mulai berkenalan dengan pemikiran2 Gus dur sejak tahun 94-an. Terkadang beberapa hal yang diutarakannya tidak sesuai dengan jalan pikiran saya, namun beberapa tahun kemudian saya menemukan “udang dibalik batu”-nya. Inilah yang saya sukai.
    @
    Itulah yang juga saya rasakan, mas.

    Suka

  7. saya baru tahu sumbangsih jasa Gus Dur pada SDSB.
    ck ck ck…kita benar-benar kehilangan tokoh besar.
    turut berduka cita..
    @
    kalau boleh sedikit menambahkan, dalam hal SDSB ini merupakan hasil diskusi saya dengan beberapa teman saja. tetapi entahlah pendapat orang lain..

    Suka

  8. saya termasuk yang tidak terlalu respek pada beliau saat menjabat presiden. tapi itu mungkin karena ketidakpahaman saya seperti yang diungkapkan di atas.

    apa pun pandangan saya tentang beliau di masa hidupnya, sekarang saya hanya melihat sisi baiknya. mudah2an sikap ini akan dilakukan orang juga pada saya saat tiba waktu saya.
    @
    Yakinlah Bu Guru Wyd.. kebaikan akan selalu dikenang melampaui zaman… terima kasih.

    Suka

  9. wow, ulasan yang panjang soal gus dur, tapi mas bani, saya tidak bisa koment untuk itu, saya cuma mau ngucapin selamat tahun baru aja 2010. salam hangat
    @
    kunjungan adalah kehormatan. meski tanpa jejak komen. terima kasih.
    Selamat tahun baru juga. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. amin ya Robbal alamin.

    Suka

  10. Saya pertama kali mengenal Abdurahman Wahid tahun 1975 melalui tulisannya di jurnal ilmiah PRISMA terbitan LP3ES. Pada waktu itu belum dikenal secara luas sebutan Gus Dur. Tulisan-tulisannya sangat cerdas, kemudian di Kompas, Tribun, dan tahun 80-an di majalah Tempo.
    Sejak kesehatannya menurun , walaupun tulisan-tulisannya masih banyak kita baca, tapi tidak secerdas tulisan-tulisan sebelumnya.

    Terima kasih.
    Salam
    @
    Benar, Pak. tulisan Gus Dur muda memang membuka cakrawala berpikir. terima kasih.
    wassalam

    Suka

  11. BRAVO GUS DUR…GW BARU NGERTI MAKSUD GUR DUR,GW BR LEVEL 1 GUS DUR DAH LEVEL 100
    @
    Anda berpeluang memiliki level sama dengan Gus Dur…insya Allah..

    Suka

  12. Assalaamu’alaikum

    Indahnya DUNIA hanya sementara.
    Indahnya CINTA hanya seketika.
    Indahnya MIMPI kadang tak pasti.
    Tapi……. Indahnya PERSAHABATAN sesama kita sukar dicari ganti.

    Maaf sahabatku… kerana lambat berkunjung balas; banyak urusan mengulit diri dan perlu dibereskan. Terima kasih atas ingatan berpanjangan. Mudahan kita semua diredhai Allah swt.

    AL-FATIHAH buat mantan Presiden Indonesia yang saya kagumi ini.

    Selamat Tahun Baru 2010. Salam mesra dari Sarikei, Sarawak.

    @
    Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
    puisi indah mengikat persahabatan.
    terima kasih atas kunjungannya..
    semoga Allah SWT meridhoi kita semua. amin ya Robbal alamin.

    Suka

  13. biarpun cm 2 tahun Gus Dur jd Presiden..tp efeknya luar biasa bagi kehidupan bangsa indonesia ini..benar2 damai!..apalagi kl 10 tahun yak!mungkin indonesia udah maju!untuk soal kerjasama dengan israel sptinya Gus Dur benar2 ingin merangkul keduanya,,baik israel maupun palestin..maka pintu perdamaian akan terjadi!!!cb ja liat sekarang..baik eropa,arab,maupun amerika tidak bs mendamaikan!!tp memang sudah kehendakak Gusti Allah kl negeri 3 Tuhan tersebut ga bakalan damai smp kiamat!

    @
    jadi presiden ataupun tidak jadi presiden, Gus Dur tetaplah Gus Dur. Ada hal yang patut dikritisi, ada pula yang layak di apresiasi.

    Suka

  14. Permainan politik kelas tinggi nich dan sungguh ide cemerlang. Beliau memang penuh dengan kejutan yang kontroversial, yang selalu bikin kita bertanya-tanya kira-kira apa maksudnya Gus Dur melakukan itu ?? Sungguh menawan
    @
    tetapi tentu sikap kontroversial itu tidak lantas menjadi acuan kita untuk mencoba bersikap kontroversial mengikuti cara beliau.

    Suka

  15. “paradoks paradigma” … baru nemu istilah ini disinih 😉

    sebuah tulisan yg memposisikan Gus Dur secara obyektif.
    @
    saya tidak tahu apakah itu istilah baru. tetapi jauh sebelumnya, saya pernah nulis paradoks paradigma evolusionisme.

    Suka

  16. EDANNNN TENAN YANG MENDUKUNG PEMIKIRAN GUSDUR PAKE PANTAT YAH MIKIRNYA ORANG PEMIKIRANYA GA BENER KOK DI BELA YG MENG ELU”KAN GUSUR SEPERTI WALI GILA SEMUA
    @
    hmm….Anda sedang bercanda ya?

    Suka

  17. Jika seorang berkata pada anaknya yang bandel : “jika kamu begini terus, kau akan rasakan nanti betapa suramnya masa depanmu, kemelaratan dan kesusahan hidup tak akan pernah berhenti menerpamu”.

    Syahdan, anak itu telah besar, punya keluarga dan anak. Tidur dalam grobak tempatnya mengumpulkan barang bekas di siang hari. Setinggi yang pernah ia capai hanya pernah tinggal di kontrakan gubuk bambu, persis di pinggiran rel kereta api atau di pinggir bantaran kali.

    Apakah anda berkata, bahwa orang tua sang anak adalah sosok diri yang memiliki kemampuan indra ke enam ? Seorang yang memiliki kemampuan melihat masa depan ?

    Lalu bagaimana jika sang anak, ditengah perjalanan menyadari kekeliruan jalan yang ditempuhnya, lalu bersungguh-sungguh, hingga ia menjadi sosok bapak yang berhasil, berjaya dan terhormat.
    Apakah anda akan berkata : “makanya, jadi orang tua jangan merasa sok tahu !”.

    Anak gagal dan berhasil, adalah sebuah masalah sendiri. dan orang tua yang memberi nasehat adalah masalah lain lagi. Tidak ada yang aneh disitu.

    Menggambarkan Gus Dur secara berkelebihan, hanya didasari kesemangatan psikhis Anda saja, hingga memberi penilaian lebih. Rasulullah saja tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depannya, melainkan sebatas apa yang diinformasikan Allah.

    Adakah Nabi lebih rendah kemampuan spritualnya di bandingkan Gus Dur ? He..he..he.. Anda berkelebihan bung !

    Suka

    1. mnsiregar berkata:
      Adakah Nabi lebih rendah kemampuan spritualnya di bandingkan Gus Dur ? He..he..he.. Anda berkelebihan bung !

      Pak siregar, setelah saya baca dengan teliti, baik tulisan Mas Bani Mustajab atau pun komentar-komentar yang nadanya agak bersimpati kepada Gus Dur, saya melihat masih dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan. Tapi komentar anda justru yang berlebihan, tidak fer dan tidak proporsional karena membandingkan Gus Dur dengan Rosulullah SAW. Di banding Nabi SAW, tentunya Gus Dur bukan level-nya. Semua yang simpati kepada Gus Dur tentunya tidak senaif yang anda pikirkan.

      Gus Dur itu anak manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kalau ada pihak yang membicarakan kelebihannya, itu tidak menimbulkan dosa. Tapi kalau membicarakan kekurangannya dan menjelek-jelekkannya itu bisa berdosa karena termasuk gibah. Bagaikan makan bangkai saudra sendiri, begitu Allah memperingatkan dalam Al-Qur’an.

      Maaf pak siregar, saya hanya ingin mengatakan: Jangan berlebihan dalam hal ini.
      http://ummatiummati.wrdpress.com

      Suka

  18. ehm
    klo menurut saya itu gak bisa dianggap sbg paradoks paradigma
    sbernya smua org dikaruniain hikmat macam GusDUr
    emang dia nya aja yang bisa make itu dengan baik
    ok tq

    Suka

  19. saat muktamar di krapiyak Gusdur pernah disidang para kiyai terkait perannya menjadi juri FFI, apa jawab Gusdur : “Kalau ulama yang jadi Juri Remnya Kan Pakem”.
    Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wa’fu anhu….”
    @
    saya masih mencerna terlebih dahulu soal istilah remnya pakem.

    Suka

  20. dasar mr.dur…emang pantes kt abu bakar baasyir, insya allah dia sesat.

    masa di istana aj pake kolor
    @
    Pemikiran (dan pernyataan) Gus Dur memang ada yang layak dikritisi, ada pula yang pantas di apresiasi. Itu lumrah saja. Maklumlah, tidak ada manusia sempurna.
    Tetapi hal itu juga berlaku dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir. Pemikiran dan pernyataannya ada yang pantas dikritisi dan juga diapresiasi.

    Suka

  21. Hebat…hebat…Gus Dur memang manusia setengah dewa segala tindakannya sekarang akan diketahui di hari kemudian, meminta uang scara diam2x kepada SDSB ternyata punya maksud tidak kasat mata, namun dikemudian hari manfaatnya baru tampak…luar biasa…kita-kita ini yang bodoh tidak akan pernah mampu memahami tindakan Gus Dur dan segala kehebohannya…hebat…hebat dan lebih hebat lagi penulis artikel ini

    Suka

  22. GUS DUR DAN PAPUA

    Oleh Dasman Djamaluddin

    Thaha Al-Hamid, Sekretaris Jenderal Presidium Dewan Papua (PDP) itu tidak dapat menahan haru ketika berbicara mengenai sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dengan terbata-bata dan mata memerah dia mengambil tisu di atas meja dan menyeka air matanya. Thaha menganggap, Gus Dur sangat paham akan jati diri orang asli Papua.

    Selama bergaul dengan Thaha, ketika dia menjadi sekretaris saya di Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI/HMI) Cabang Jayapura, 1978-1979 dan 1979-1980, saya menilai Thaha adalah orang yang berprinsip, berani dan tegar. Orangnya sederhana, dan rendah hati. Oleh karena itu ketika saya melihat Thaha menitikkan air mata yang diliput oleh salah satu stasiun televisi nasional, saya pun tersentak untuk menulis.

    Thaha yang tegar itu larut dalam suasana ketika menceriterakan kunjungan Gus Dur sebagai seorang Presiden RI ketika dia dan kawan-kawan di tahan. Pada kunjungannya di tahun 2000, Gus Dur sempat mengunjungi para anggota PDP di tahanan yang saat itu ditahan atas tuduhan makar. Beliau minta ke Kepala Kepolisian Daerah Papua yang waktu itu dijabat Pak Wenas.
    “Lalu Gus Dur katakan, saya harus ketemu ke lima orang PDP, Theys dan kawan-kawan. Hubungan Gus Dur dengan Theys luar biasa sekali. Terus pada kunjungannya di tahun 2006, Gus Dur juga sempat minta pemerintah Indonesia agar almarhum Ketua PDP, Theys Hiyo Eluay dinobatkan sebagai pahlawan nasional,” ujar Thaha.

    Theys, nama lengkapnya adalah Theys Hiyo Eluay. Dia tewas saat berumur 64 tahun, tepat pada Hari Pahlawan 10 November 2001, setelah menghadiri upacara Hari Pahlawan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah (Pemda) Irian Jaya di Jayapura. Sepulangnya menghadiri Hari Pahlawan itu menuju rumahnya di Jalan bestirpos 5, Sentani Kota, yang berjarak sekitar 55 km, Theys tidak pernah lagi pulang ke rumah. Setelah dicari-cari, akhirnya jenazah Theys ditemukan tertelungkup di jok mobil miliknya, jenis Toyota Kijang bernomor polisi B 8997 TO dengan wajah babak belur dan luka dipelipis, dahi dan leher. Posisi mobil nyaris masuk jurang. Mobil yang kaca depannya hancur itu, masih tertahan pada sebatang pohon. Dari kondisi jenazah, muncul dugaan, Theys dibunuh setelah diculik.

    Sebagaimana sosok Thaha Al-Hamid yang taat beragama Islam, Theys sebenarnya bukanlah tokoh oposisi. Theys adalah mantan anggota Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969. Dia sangat berjasa dalam mempertahankan masuknya Irian Jaya ke wilayah Indonesia. Bahkan pernah juga menjadi anggota DPRD Irian Jaya dari Golkar selama tiga periode. Tetapi entah apa yang melatarbelakanginya, akhirnya Theys menyebut dirinya Pemimpin Besar Dewan Papua Merdeka sekaligus menjadi Ketua Presidium Dewan Papua.

    Kembali ke sosok Gus Dur, Thaha menganggap bukan hanya dirinya merasa cukup dekat dengan Gus Dur, juga hampir seluruh orang Papua merasa dekat dengan Gus Dur. Misalnya, Gus Dur juga sangat dekat dengan Ketua Dewan Adat Papua dan tokoh-tokoh adat lainnya di Papua, termasuk Tom Beanal.

    “Bahkan beberapa kali jika kami sudah jarang mengunjunginya, Gus Dur akan tanya dan pasti kami datang mengunjungi beliau. Jadi silaturahmi kami dengan beliau tetap jalan, walau sudah tak menjabat presiden,” ungkapnya.

    Makna sosok Gus Dur, kata Thaha, terlalu luar biasa bagi Papua dan orang Papua. “Kita tak hanya kehilangan seorang kiai, seorang bekas presiden, dan seorang guru, tapi sebenarnya kita kehilangan kitab hidup. Sebuah kitab yang terus memberikan nasihat,” tutur Thaha mengenang sosok Gus Dur.

    Beberapa Alasan

    Menurut Thaha, ada beberapa alasan masyarakat di Papua tak pernah melupakan sosok Gus Dur. Misalnya, pada 31 Desember 1999, tanpa perlu berpikir panjang, Gus Dur yang saat itu sebagai Presiden Indonesia, mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.

    Tentang nama ini, seperti diketahui, pada tahun 1961, Komite Nasional Papua yang pertama menetapkan nama PAPUA BARAT bagi Papua. Pada masa Pemerintahan Sementera PBB (UNTEA), digunakan dua nama, WEST NEW GUINEA/WEST IRIAN.

    Selanjutnya pada tanggal 1 Mei 1963, Republik Indonesia menggunakan nama IRIAN BARAT. Setelah Proklamasi kemerdekaan tanggal 1 Juli 1971, Pemerintah Revolusioner sementara Republik West Papua di Markas Victoria, menggunakan nama WEST PAPUA.

    Pada tahun 1973, Pemerintah Republik Indonesia di West Papua merubah nama IRIAN BARAT menjadi IRIAN JAYA.

    Pada tahun 2000 nama Irian Jaya kembali menjadi Papua hingga kini.

    Menurut beberapa sumber, nama Papua, aslinya Papa-Ua, asal dari bahasa Maluku Utara. Maksud sebenarnya bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah disini sebagai seorang bapak, itulah sebabnya pulau dan penduduknya disebut demikian.

    Papa-Ua artinya anak piatu. Dari sekian nama yang sudah disebut, Komite Nasional Papua pada tahun 1961, memilih dan menetapkan nama PAPUA., karena rakyat disini kelak disebut bangsa Papua dan tanah airnya Papua Barat (West Papua).

    Alasan memilih nama Papua, karena sesuai dengan kenyataan bahwa penduduk pulau Papua sejak nenek moyang tidak terdapat dinasti yang memerintah atau raja disini sebagaimana yang ada dibagian bumi yang lain. Orang Papua berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.

    Tidak ada yang dipertuan untuk disembah dan tidak ada yang diperbudak untuk diperhamba. Raja-raja yang tumbuh seperti jamur di Indonesia, adalah akibat pengaruh pedagang bangsa Hindu dan Arab di masa lampau.

    Inilah sebabnya maka rakyat Papua anti kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme. Nenek moyang mereka tidak pernah menyembah-nyembah kepada orang lain, baik dalam lingkungan sendiri. Mereka lahir dan tumbuh diatas tanah airnya sendiri sebagai orang merdeka.

    Berbicara mengenai nama Irian, adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisiepo, almarhum, orang yang pertama mengumumkan nama ini pada konperensi di Malino-Ujung Pandang pada tahun 1945, antara lain berkata: “Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108).

    Nama Irian diciptakan oleh seorang Indonesia asal Jawa bernama Soegoro, bekas buangan Digul-Atas tetapi dibebaskan sehabis Perang Dunia kedua dan pernah menjabat Direktur Sekolah Pendidikan administrasi pemerintahan di Hollandia antara tahun 1945-1946.

    Perubahan nama Irian Barat menjadi Irian Jaya, terjadi pada tahun 1973, juga mengandung arti politik. Rejim Militer Indonesia tidak menginginkan adanya pembagian Pulau Papua menjadi dua dan berambisi guna menguasai seluruhnya. Pendirian ini berdasarkan pengalaman tetang adanya dua Vietnam-Selatan dan Utara, tentang adanya dua Jerman-Barat dan Timur, dan tentang adanya dua Korea-Selatan dan Utara. Irian Jaya, Irian yang dimenangkan. Jaya, victoria atau kemenangan. Jika huruf “Y” dipotong kakinya, maka akan terbaca Irian Java alias Irian Jawa. Sumbernya bisa dilihat di http://digoel.wordpress.com/2008/01/06/ tentang-nama-papua.

    Kemudian selama hidupnya, Gus Dur beberapa kali mengunjungi Papua, yakni pada 1999, selanjutnya pada 2000 dan terakhir pada 2006. Inilah sekilas catatan tentang Papua. Semoga bermanfaat (http://dasmandj.blogspot.com)

    Suka

  23. kata-kata bijak :
    1. orang buta hrs dituntun dan dibimbing bukan malah dijadikan panutan!
    2. pemimpin adl pemerhati & pengayom bagi rakyatnya, bkn yg selalu jd pikiran-derita-pngorbanan rakyatnya
    3. pemimpin adl kader trbaik bkan org yg penuh dg kgagalan baik akademis maupun karir politik
    dlm akal kita sesunguhnya GUS DUR adl…………………
    1. orng buta yg sesungguhnya
    2. penyia-nyia NU yg nyata…..
    3. tantangan-godaan bagi ulama Islam smua…
    4. pembela minoritas dan skaligus penyia-nyia mayoritas yg knyol
    KINI….
    2010 adl lembaran baru dimana GUS DUR dan dunia irrasionalnya adl masa lalu, mari budayakan brfikir rasional, bertindak masuk akal, dan beragama dg benar. Jayalah Indonesiaku brsama pemimpin kita yg cerdas-bijak….wssalam

    Suka

  24. Hati-hati pada apa yang apa ditulis, Allah Swt mempunyai hukum sunnah yang pasti. Semua akan berbalik pada diri masing-masing. Jangan hanya karena anda menulis, menghujat di dunia Maya, lalu Allah Swt tidak tahu!?
    Semoga Allah Swt mengampuni kita semua.
    Gus Dur adalah seorang wali besar.
    Dia tidak butuh sanjungan kita, karena Allah sendiri sudah memilih menjadi wali-Nya. Akan tetapi kita pun tidak sepatutnya merendahkannya, karena Allah sendirilah yang akan menrendahkan derajat kita baik di dunia maupun di akhirat..
    Ketika anda terbiasa menjadi katak yang hidupnya di kubangan kolam lumpur yang senmpit dan kotor, bukan berarti terus anda harus mengingkari bahwa di luar sana ada yang namanya samudera yang begitu luas.

    Rasionalitas jangan hanya diukur dengan rasionalitas kita yang sempit. Betapa banyak didunia ini yang kelihatannya tidak rasional bahkan mustahil bagi seorang anak kecil, tetapi bagi orang dewasa sebenarnya hal itu rasional.
    Katika seorang anak kecil melihat kapal terbang yang sedang mengudara, apakah dia menganggap itu rasional?? tentunya dia harus belajar dulu dari SD, SMP, SMU lalu masuk di ITB untuk belajar Aerodinamika S1, S2….S3 baru tahu betul tentang rasionalitas kapal terbang.
    lalu, Kita ingin bim salabim anak kecil itu tahu tentang mekanisme pesawat terbang…??!!

    Begitupun tentang hukum sunnah semesta alam yang Allah Swt ciptakan. Janganlah kita sok jago mengetahui semua hukum sunnah semesta, hanya dengan mengandalkan rasionalitas deterministik barat (bukannya anda menolaknya juga bukan??) yang melihat hukum kausalitas sebagai rangkaian sesuatu yang terinderai semata.

    Sekali lagi semoga Allah Swt mengampuni kita semua atas segala kesalahan yang mungkin kita lakukan karena ketidaktahuan kita atas rahasia-Nya

    Salam Damai
    Sayyid Ahmad al-Masyruq

    Suka

  25. meskipun tidak dapat melihat, gus dur memiliki pemikiran yang terbuka dan nyata, yah terkadang memang kontroversial tapi bukan berarti kita bisa mendiskreditkan gus dur.
    tapi, kalau harus dinobatkan jadi pahlawan, kayaknya jauh lah dari berjasa.

    Suka

  26. Sekecil apapun kebaikan pasti ada ganjarannya,begitu juga kejahatan pasti ada sanksinya.
    jadi manusia ga berhak mengatakan “si A pantas di neraka karena keKAFIRanya ,dan si B pantas di surga karena keSHOLEHANnya”, karena itu semua urusan TUHAN.Tebar kan kasih sayang antar sesasama,dan perlakukan semua manusia layaknya manusia,tanpa pandang Ras,Suku, bahkan Agama.

    Suka

Tinggalkan komentar