PATUTKAH KETUPAT RAKSASA MASUK REKOR MURI?


Usai lebaran lalu, ramai beredar berita akan ada lagi pemecahan Rekor MURI. Kali ini yang akan dicatat adalah Ketupat Raksasa. Lokasi yang dipilih di Plaza Arsipel, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada tanggal 12 Oktober 2008.

Tentu saja menarik mengikuti segala hal yang dapat dikategorikan rekor. Apapun rekor yang berhasil dicapai, tentu dalam makna kebaikan, patut dipuji dan dihargai.

Apalagi yang akan dicatat ini adalah makanan khas asli Indonesia yang umumnya ramai disantap di hari Lebaran. Tetapi uraian tentang ketupat tidak perlu lagi ditulis di sini, mengingat orang sudah banyak mengetahuinya. Intinya, beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda (janur) dan direbus sampai matang.

Meski tampak mudah proses pembuatannya, tetapi tidak selalu menghasilkan kualitas ketupat yang sama. Contohnya, anyaman renggang menjadikan beras yang sedang dimasak akan keluar dan bentuk ketupat tidak lagi menarik. Bahkan menghilangkan selera makan.

Dalam hal Ketupat Raksasa, tidak menggunakan daun kelapa muda melainkan dari daun lontar yang didatangkan dari Tuban.

Dikatakan raksasa karena ketupat ini berukuran 2,5 m x 2,5 m x 0,9 m. Menghabiskan beras sekitar 750 kg dan dimasak menggunakan dandang sebesar 3 m x 3 m x 1,2 m. Luar biasa besar bukan?

Prosesnya dimulai sejak tanggal 9 hingga 12 Oktober 2008. Dimulai dari pembuatan tungku, dandang dan selongsong anyaman. Dikerjakan secara beramai-ramai dengan gairah kegotong royongan tinggi yang memang merupakan filosofi ketupat itu sendiri.

Direncakan ketupat itu akan disajikan kepada sekitar 1000 orang pengunjung. Tentu dengan disiapkan pula lauk pauk menu 3 daerah yaitu menu Jawa, Sumatera Barat dan Betawi. Pokoknya nikmatlah.

Inilah yang mendorong penulis ingin melihat ketupat itu. Hari Sabtu, 11 Oktober, penulis pun berkunjung ke TMII sekadar ingin melihat kesibukan persiapan pencatatan Rekor  MURI tersebut.

Sekitar jam 3 sore, penulis melihat secara langsung dandang raksasa yang di dalamnya berisi Ketupat Raksasa. Dan sebuah pemandangan ganjil pun terlihat.

Anyaman daun lontar seolah pecah, robek dan tidak rapi sebagaimana layaknya sebuah anyaman ketupat lagi. Tentu saja beras yang berada di dalamnya terlihat dan tampak jelas telah seperti bubur. Air yang mendidih melunakkan beras dan karena tidak adanya tekanan anyaman daun lontar maka jelas beras menjadi bubur dan tidak mengeras sebagaimana yang diharapkan.

Tetapi biarlah. Keramaian puncak persiapan pencatatan Rekor MURI pada 12 Oktober tidak boleh terganggu dan dapat dipastikan siapapun tidak akan diperkenankan mencicipi Ketupat Raksasa itu. Ya, Ketupat Raksasa hanya sebuah nama saja, sementara yang ada di dalam dandang raksasa itu tidak layak lagi disebut ketupat melainkan bubur ketupat.

Pada Minggu 12 Oktober 2008, proses pencatatan rekor berjalan lancar dengan kegembiraan dan sukacita meriah disaksikan para pengunjung TMII dan diliput media massa. Semua orang bertepuk tangan dan dipersilahkan melihat ketupat di dalam dandang. Tentu saja yang terlihat hanya anyaman daun lontar yang baru dan tidak persis melihat isi ketupatnya. Andaikan anyaman penutup itu terkuak, tentu khalayak pengunjung kaget bukan kepalang.

Konon kabarnya, biaya prosesi Ketupat Raksasa itu mencapai Rp. 42 juta. Sungguh nilai yang tidak sedikit. Tapi bagi sponsor dan gairah sebuah prestasi pencatatan Rekor MURI, nilai uang itu ibarat sebutir pasir di lautan padang pasir. Setiupan debu jalanan saja.

Tetapi yang merisaukan penulis adalah terbuangnya secara sia-sia beras seberat 750 kg. Inilah yang seolah mengoyak naluri diri siapapun yang mungkin dapat merasakan bagaimana beras sebanyak itu terbuang percuma. Bahkan ayam pun enggan memakannya. Beras sebanyak itu sungguh sangat banyak.

Agaknya Sang Super Jenius Jaya Suprana (nyuwun pangapunten) perlu lebih selektif dalam menerima ajuan proposal dalam upaya pencatatan Rekor MURI. Terutama menyangkut rekor dalam kategori kuliner. Salah perhitungan sedikit saja menjadi tidak dapat dimanfaatkan sedikitpun. Makanan bisa basi, atau beras menjadi bubur dan tidak layak disebut ketupat. Semoga di masa depan jauh lebih baik. Amin.

BaNi MusTajaB

Catatan: daun lontar  tidak memiliki daya tahan terhadap panas dibandingan daun kelapa muda. Agaknya, inilah yang menyebabkan daun lontar koyak, robek dan beras terburai keluar.

lihat di:

http://www.youtube.com/watch?v=x–WbRVT8N4

Tulisan terkait:
Rekor MURI Ketupat Raksasa harusnya dibatalkan

Penulis: M Agus Siswanto

https://gus7.wordpress.com (Blog BaNi MusTajaB). Blog ini sekadar kumpulan tulisan pribadi maupun orang lain. Tentu yang saya anggap menarik. Terkadang ada tulisan ringan, tapi tidak sedikit yang bikin pusing. Semoga bermanfaat. Aamiin. Penulis: M Agus Siswanto Mantan Jurnalis Majalah Misteri,Jakarta. email: maniakgaib@gmail.com 08176645205

2 tanggapan untuk “PATUTKAH KETUPAT RAKSASA MASUK REKOR MURI?”

  1. salam,
    ini sih namanya cuma cari sensasi saja, cuma pengen nama terpampang di buku catatan rekor, tapi kalau gak layak kenapa tetap dimasukkan rekor muri yach?! bukankah harusnya ketupat raksasa itu jadi dengan nasi didalamnya matang semua dan bisa dikonsumsi orang banyak, kasi2 orang fakir mungkin bisa bermanfaat. mungkin sebelum lakukan apapun, perlu analisis efek dan keberhasilan serta makanan ini mau dikasi siapa saja perlu dipikirkan supaya gak mubazir. sayang kan di tengah banyak orang susah makan, ada orang yang buang2 beras sampe 750 Kg lagi, bukan jumlah yang sedikit.

    sorry koment nya kepanjangan, abiz gemes dger britanya
    salam
    ainy
    kunjungi:nursarifahainy.co.cc

    @
    Benar Mbak. Rekor yang sia-sia dan ga manfaat.
    Ok.terima kasih atas kunjungannya.

    Suka

Tinggalkan komentar